Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, masih menghadapi kendala dalam mengelola sampah di pasar-pasar tradisional.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram M Nazaruddin Fikri di Mataram, Selasa, mengatakan bahwa sampai sekarang pengelolaan sampah di pasar tradisional masih dilakukan dengan metode kumpul-angkut-buang karena keterbatasan ketersediaan lahan.

Menurut dia, 19 pasar tradisional di Kota Mataram tidak punya lahan kosong yang bisa digunakan untuk mendukung kegiatan pengolahan sampah karenanya sampah yang setiap hari dihasilkan hanya dikumpulkan dalam kontainer dan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah Kebon Kongok.

"Proses pemilihan pun tidak dilakukan," katanya.

Selanjutnya, menurut dia, pemerintah ingin meminimalkan volume sampah yang dibawa ke tempat pembuangan akhir dengan mengolah sebagian sampah.

"Pada prinsipnya, kami juga ingin melakukan pembinaan pengolahan sampah pasar agar volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir berkurang," katanya.

Kalau lahan tersedia, ia menjelaskan, sampah organik dan anorganik bisa dipilah dan sampah organik bisa diolah menjadi kompos.

"Sampah organik dicincang dan diberikan enzim agar bisa cepat lapuk dan menjadi kompos. Tapi lahannya tidak ada," katanya.

Ia berharap pengolahan sampah pasar tradisional bisa dilakukan setelah revisi anggaran. Karena lahan terbatas, ia mengatakan, pengolahan sampah akan dilakukan menggunakan tong.

"Dengan demikian, ke depan semua pasar di Mataram mampu mengolah sampah secara mandiri," katanya.

Baca juga:
Mataram akan pasang kamera pengawas untuk pantau pengangkutan sampah
Siswa Mataram bayar bus sekolah dengan sampah plastik

Pewarta: Nirkomala
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020