Palembang (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menilai penurunan harga kelapa sawit sejak dua pekan lalu hanya bersifat sementara karena dipengaruhi sentimen negatif atas merebaknya virus corona.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Alex Sugiarto di Palembang, Selasa, mengatakan, para pengusaha berkeyakinan bahwa setelah virus ini tertanggulangi maka harga akan reborn kembali.
“Ini bersifat sementara, karena diakui saat ini perekonomian China sedang lumpuh akibat banyak kota diisolasi. Sementara di sisi lain, China menjadi tujuan ekspor terbesar negara-negara penghasil sawit,” kata dia.
Ia mengatakan banyak hal yang memperkuat bahwa sejatinya harga sawit reborn pada tahun 2020, salah satunya adanya pemanfaatan sawit menjadi bahan bakar solar (bio solar) B20 dan B30 di dalam negeri Indonesia.
Upaya ini membuat terjadi penyerapan sebesar 9 juta ton dari total produksi dalam negeri sebesar 51 juta ton pada 2019.
Kemudian, penurunan produksi Malaysia karena sebagian besar lahannya diremajakan. Khusus di triwulan I dan triwulan II tahun 2020, dipastikan produksi Indonesia juga menurun karena belum memasuki puncak panen, sehingga terjadi penurunan sekitar 20-30 persen.
“Selama ini semua diekspor, tapi kini sudah diserap juga di dalam negeri sendiri, yang sama artinya dengan pengurangan ekspor. Dampaknya sudah terasa sejak tahun lalu, sehingga harga terdorong naik sejak triwulan IV,” kata dia.
Atas pergerakan harga pada tahun lalu, para pelaku bisnis sawit menyakini bahwa harga sawit bakal naik pada 2020. Namun, adanya kejadian tak diduga yakni merebaknya virus corona sejak awal tahun 2020 membuat terjadi pergolakan harga.
Menurutnya, para pengusaha harus mensiasati keadaan ini dengan efisiensi dalam menjalankan bisnis mengingat keadaan ini belum mereda. Harus diakui, ia melanjutkan, China saat ini memiliki pengaruh luar biasa pada perekonomian dunia karena berkontribusi hingga 17 persen, berbeda saat virus SARS menjangkit dunia yakni hanya 4 persen.
Saat ini telah terjadi penurunan harga tender Kantor Bersama Komoditas sebesar 10 persen dari Rp9.400 pada dua pekan lalu menjadi Rp8.400 pada pekan ini.
“Pengusaha tidak perlu terlalu panik atas kondisi ini, karena harga sawit sejatinya reborn tahun ini,” kata dia.
Pergerakan harga CPO akhir-akhir ini mencerminkan adanya dua sentimen negatif utama yang membayangi pasar minyak nabati ini. Pertama adalah kasus virus corona yakni kasus yang pertama kali ditemukan di Wuhan dan saat ini telah menyebar luas ke 27 negara, dan kedua adanya ketegangan antara Malaysia dan India.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020