Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) optimis kinerja dunia usaha nasional yang kini tengah mengalami kelesuan sebagai dampak krisis global, akan pulih kembali pada semester kedua 2009. Ketua Umum Hipmi Erwin Aksa di Jakarta, Selasa, mengatakan, dalam 3-4 bulan pertama 2009, kinerja dunia usaha nasional memang akan mencapai puncak kelesuan krisis. "Namun, mulai semester kedua 2009 secara bertahap akan mulai `rebound,`" katanya. Menurut Erwin, saat ini hingga Maret-April 2009, industri manufaktur berorientasi ekspor, otomotif, properti, dan industri berbasis sumber daya alam tengah mengalami kelesuan. Kondisi itu, ditambah perbankan yang mengendorkan kucuran kreditnya terutama ke sektor usaha properti, mobil, dan perkebunan karena khawatir menjadi macet akibat terkena krisis. "Kalaupun ada suku bunganya sangat tinggi. Sekarang ini, bunga kredit usaha sudah 19 persen. Sedang, kami hanya mampu 14 persen, ujarnya. Namun, lanjutnya, dengan berbagai upaya, kelesuan dunia usaha tersebut akan segera pulih kembali. Upaya itu antara lain adalah perbankan khususnya milik pemerintah yang kini tengah mengalami kelebihan dana pihak ketiga, segera mengucurkan kreditnya. Selanjutnya, bank mesti menurunkan suku bunga kredit melalui penurunan selisih bunga yang kini masih tinggi yakni enam persen menjadi 3-4 persen. Ia juga meminta Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya, agar bunga bank semakin murah. Di saat bersamaan, menurut Erwin, pemerintah hendaknya segera menggelontorkan anggaran setidaknya dalam tiga bulan ke depan. "Anggaran tersebut bisa dialokasikan buat kenaikan gaji PNS, menggenjot proyek infrastruktur, penyaluran bantuan tunai langsung dan jaminan sosial," katanya. Pemerintah juga diminta segera melakukan pembatasan impor dan mendorong pemakaian produk dalam negeri. Ia mengusulkan, pemberian insentif bagi produk yang diperuntukkan bagi pasar domestik. "Insentifnya bisa dalam bentuk pemotongan pajak seperti PPN dan PPh atau pengampunan pajak," katanya. Selain itu, pemerintah juga harus menurunkan lagi harga BBM dan juga mengatur agar harga kebutuhan pokok lainnya turun. "Salah satunya, pemerintah mesti segera menyelesaikan permasalahan belum turunnya harga minyak goreng, sementara harga minyak sawit mentahnya sudah lama anjlok," katanya. Kelebihan subsidi BBM, lanjutnya, bisa dialokasikan buat menyubsidi pertanian, perikanan, usaha kecil dan mikro, solar buat nelayan, dan membangun infastruktur.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008