Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia cq Departemen Perindustrian (Depperin) tidak ingin melanjutkan kerjasamanya dengan konsorsium Jepang Nippon Asahan Alumunium (NAA) dalam pembentukan perusahaan patungan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) setelah kontrak berakhir pada tahun 2013.
"Kita inginnya tahun 2013 tidak diperpanjang. Pemerintah menginginkan kebutuhan aluminium untuk dalam negeri dipenuhi terlebih dahulu," kata Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA), Ansari Bukhari, di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa produksi Inalum mencapai 225.000 ton per tahun dan 60 persennya diekspor ke Jepang. Ternyata nilai impor aluminium untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sama dengan nilai ekspor dari Inalum tersebut.
"Karena itu ke depan Departemen Perindustrian inginnya jangan sampai kontrak kerjasama dengan Jepang tersebut diperpanjang. Saya tidak tahu bagaimana dengan pihak Jepang, tapi sepertinya mereka ingin kerjasama itu tetap berlanjut," ujar dia.
Menurut dia, pemutusan kerjasama dengan konsorsium Jepang memang merugikan Indonesia karena berarti meninggalkan hutang sebesar 1,3 juta AS dolar. Perusahaan alumunium tersebut juga baru membagikan devidennya untuk pertama kali pada tahun 2008 setelah 20 tahun tidak dilakukan.
Lebih lanjut, Ansari mengatakan, kerjasama pengolahan alumina menjadi alumunium rencananya akan diambil alih PT Aneka Tambang (Antam) Tbk dan Inalum dari pihak Indonesia. Keputusan diperpanjang atau tidaknya kerjasama dengan pihak Jepang sendiri akan dilakukan tahun 2010 nanti, walaupun kontrak kerjasama 30 tahun tersebut baru berakhir tahun 2013.
"Kabarnya memang sudah ada tim yang bekerja untuk mempersiapkan kemungkinan kerjasama ini," tambah Ansari.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Bambang Trisulo mengatakan, keberadaan industri yang memproduksi aluminium tersebut memang penting termasuk juga untuk industri otomotif.
"Tapi rasanya pihak Jepang tidak akan mau mengakhiri kerjasama kecuali ada tawaran yang benar-benar berharga dari pihak Indonesia, mungkin gas atau yang lainnya," ujar dia.
Ia menjelaskan bahwa industri otomotif tanah air membutuhkan aluminium dan silikon dalam metode pengecoran cetak, dimana pencetakan dengan metode itu bertujuan untuk menghasilkan komponen dengan ukuran sangat kecil.
"Daihatsu sangat butuh itu, Honda juga untuk mencetak salah satu plat di mesinnya. Semua sepeda motor juga butuh itu," tambah Bambang.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008