Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian (Depperin) memperkirakan tekanan krisis keuangan global sangat kuat di sektor industri manufaktur (non migas), karena itu pertumbuhan diprediksi hanya mencapai 3,6 persen di tahun 2009. "Sehubungan dengan kondisi krisis ini untuk tahun 2009 kami belum berani memberi angka pasti pertumbuhan pada industri. Pertumbuhannya kami perkirakan 3,6 persen, optimisnya bisa 4,6 persen," kata Sekjen Depperin, Agus Tjahajana, pada "review kinerja 2008 dan outlook industri 2009" di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan sektor manufaktur yang diperkirakan akan menyumbang pertumbuhan industri tahun 2009 adalah industri alat angkut, mesin dan peralatan yang secara moderat mencapai 7,7 persen dan optimisnya mampu mencapai angka 8,7 persen. Selain itu, ia juga mengatakan, pertumbuhan juga akan terjadi pada industri makanan, minuman dan tembakau sebesar tiga persen dan optimisnya mencapai 4,1 persen. Menurut Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA), Ansari Bukhari, industri padat karya tekstil dan produk tekstil (TPT) di tahun 2009 akan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 10 hingga 20 persen. Hal yang sama akan dihadapi industri baja karena sebagian besar mengurangi produksi, sehingga penurunan pertumbuhan diperkirakan mencapai 30 hingga 40 persen. "Tapi kondisi ini diharapkan tidak terjadi sepanjang tahun. Selama ini memang masalah ada pada bahan baku yang telah dibeli dengan harga mahal untuk persediaan dua hingga tiga bulan, jika ini sudah dapat diatasi saya rasa harga produk mereka akan dapat bersaing lagi dengan produk baja negara lain," kata Anshari. Kondisi yang buruk juga akan dihadapi industri agro dan kimia, karena diperkirakan investasi juga akan turun seperti yang terjadi pada tahun 2008 ini. Investasi asing di sektor ini berkurang hampir 50 persen, yakni dari Rp3,3 triliun menjadi Rp1,6 triliun di tahun 2008 ini. Sedangkan Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT), Budi Dharmadi mengatakan, optimisme adanya pertumbuhan pada industri terkait berkaca dari penurunan penjualan otomotif di tahun 2006 yang ternyata masih menyisakan pertumbuhan pada sektor tersebut sebesar tujuh persen. Ia mengatakan dua hal yang akan diperkuat guna mengatasi krisis keuangan pada sektor tersebut adalah finansial dan komersial. Beberapa prinsipal perusahaan otomotif dan elektronik memberikan bantuan untuk mengurangi biaya distribusi dari pabrik hingga ke dealer. Optimisme juga tumbuh dari upaya pemerintah memberikan insenti berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP), Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPNDTP), hingga insentif penangguhan Pajak Penghasilan (PPh). "Saya rasa sebentar lagi ada perusahaan yang dapat menikmati insentif PPh itu, kan paling tidak yang sudah membangun dan selesai di tahun 2009, baru mereka dapat merasakan insentif tersebut," tambah Budi. Di tahun 2009, ia mengatakan, pihaknya memperkirakan sumbangan pertumbuhan tertinggi datang dari Kendaraan Bermotor Roda empat (KBM 4) yakni sekitar 2,8 persen, elektronika sebesar 2,13 persen, dan Kendaraan Bermotor Roda dua (KBM 2) sebesar 1,7 persen.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008