Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa sore, turun 80 poin namun penurunan sedikit lebih baik dibanding pagi yang mencapai 215 poin, akibat berkurangnya tekanan pasar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi Rp11.00/11.100 per dolar AS dibanding penutupan sebelumnya yang mencapai Rp10.920/10.950 per dolar AS atau turun 80 poin.

Direktur Retail Bangkin PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa, mengatakan berkurangnya tekanan pasar akibat masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar uang, meskipun mata uang lokal itu tetap terpuruk.

BI khawatir rupiah akan terus melemah dan ini harus ditahan agar tidak mendekati angka Rp12.000 per dolar AS, ucapnya.

Rupiah, menurut dia, akan kembali tertekan pada hari berikutnya apabila BI tidak terus melakukan pengontrolan yang ketat terhadap bank-bank asing yang bermain valas di pasar uang.

"Dengan adanya pengawasan BI maka bank-bank asing tidak akan ceroboh melakukan aksinya di pasar valas itu," katanya.

Kostaman Thayib mengatakan, pemerintah melalui BI perlu membatasi kegiatan bank-bank asing yang bermain valas, agar gejolak dolar AS terhadap rupiah tidak besar.

Pasar perlu diawasi dengan ketatnya agar permintaan dolar AS oleh asing tidak begitu besar, ujarnya.

Indonesia, lanjut dia melalui BI harus dapat bekerja sama dengan bank asing untuk dapat memenuhi kebutuhan dolar AS di pasar domestik, karena sejumlah BUMN pada waktu tertentu membutuhkan dolar dalam jumlah yang besar.

Apabila kebutuhan yang mendadak dapat dipenuhi oleh pasar, maka tekanan negatif terhadap rupiah tidak besar, katanya.

Pemerintah, menurut dia sebenarnya sudah memikirkan hal in jauh-jauh hari namun agar kebutuhan dolar AS di pasar mudah diantisipasi. namun belum diketahui kesulitan yang dihadapi dalam kerjasama dengan bank asing itu.

"Kami harapkan pemerintah dapat melakukan kerjasama dengan bank asing dan merealisasi kebutuhan dolar yang mendadak khususnya dari BUMN sehingga pasar tekanan pasar yang besar akan makin berkurang," ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2008