Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi, merosot tajam mendekati angka Rp11.200 per dolar AS, pelemahan yang menunjukkan masih tetap tingginya permintaan pasar terhadap dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi Rp11.115/11.175 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.900/11.000 atau turun 215 poin. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Selasa, mengatakan permintaan dolar AS oleh pelaku pasar masih tinggi menjelang liburan akhir tahun ini sehingga rupiah kembali terpuruk. Besarnya tekanan pasar itu, terutama disebabkan muncul permintaan dolar AS dari BUMN untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo, katanya. BUMN seperti Pertamina dan PLN membutuhkan dolar AS untuk membayar hutang kepada kreditor sesuai jadualnya. Meski ada sejumlah isu positif, lanjut dia, dari internal seperti pemerintah dapat pinjaman dari Inggris dan Perancis serta Bank Dunia, namun belum mendukung pergerakan rupiah. "Kami memperkirakan tekanan pasar tidak berlangsung lama, rupiah akan kembali bergerak naik, apalagi laju inflasi Desember 2008 diperkirakan akan kembali membaik,"katanya. Bank Indonesia (BI) sendiri telah memberikan tanda, bahwa laju inflasi Desember 2008 diperkirakan akan semakin baik yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri terus tumbuh, tambahnya. Selain itu juga pemerintah telah berusaha memperkuat pasar domestik dan mengurangi impor, ujarnya. Edwin menilai, ke depan, peluang rupiah untuk menguat kembali masih ada, bila kalau melihat pertumbuhan pasar lokal yang semakin membaik. Apalagi ada imbauan dari para pengusaha agar bank-bank asing yang bermain derivatif hendaknya dibatasi, katanya. (*)  

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008