mereka mendapat perlakuan diskriminatif akibat penyakit kusta

Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan menargetkan akan menjadi kota bebas kusta di Indonesia pada tahun 2025.

'Kusta harus kita eliminasi, paling tidak hingga 2025 nanti kota Makassar sudah terbebas dari kusta," tegas Pejabat (Pj) Wali Kota Makassar, M Iqbal Samad Suhaeb di sela peringatan Hari Kusta se-Dunia di lapangan Karebosi, Makassar, Senin.

Kegiatan ini dikemas melalui pemeriksaan bercak kulit pada lebih dari 200 peserta sehingga dimasukkan dalam Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pemeriksaan terbanyak dilakukan di Indonesia.

Menurut Iqbal , target ini juga menjadi alarm bagi seluruh pihak, utamanya petugas kesehatan untuk turun di tengah masyarakat, menemukan dan mengobati warga yang terindikasi kusta.

Upaya ini tidak cukup jika hanya inisiatif petugas kesehatan saja, namun kata dia, juga diminta kepada seluruh kelompok-kelompok masyarakat, komunitas, LSM untuk ikut membantu menemukan dan mengajak mereka untuk melihat ada gejala pada warga kota.

Baca juga: Ahli: Bakteri penyebab kusta berpotensi kebal terhadap obat
Baca juga: Kemenkes ajak masyarakat hapus diskriminasi terhadap penderita kusta

"Bukan lagi jamannya untuk malu berobat demi kesembuhan, silahkan aktif ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan, kusta bisa disembuhkan hingga tuntas," tegasnya saat meluncurkan program eliminasi kusta sebagai rangkaian Peringatan Hari Kusta Sedunia.

Program kolaborasi ini terlaksana atas kerja sama Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kesehatan dengan Departemen Dermatologi dan Venerologi Universitas Hasanuddin dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin (Perdoski). Peluncuran program ini mengusung tema 'Kusta Dapat Dicegah dan Disembuhkan'

Dekan Fakultas Kedokteran Unhas Prof, dr Budu Ph.D., Sp.M(K) di sela acara menjelaskan, bahwa penyakit infeksi kulit terus akan ada jika tidak dicegah. Olehnya itu, Perdoski fokus pada kegiatan eliminasi kusta hingga tahun 2025.

"Program eliminasi kusta merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakat khususnya bagi penderita kusta di kota Makassar. Ini akan menjadi program Perdoski sepanjang pendidikan kulit ada di Fakultas Kedokteran Unhas, makanya kami terus mengembangkan kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Pemkot Makassar," katanya.

Baca juga: Ahli: Risiko penularan kusta di lingkungan keluarga kecil
Baca juga: Menkes canangkan Deklarasi Jakarta Hilangkan Diskriminasi Kusta

Pejabat Wali Kota Makassar M Iqbal Suhaeb (tengah) didampingi Dekan Fakultas Kedokteran Unhas Prof, dr Budu Ph.D., Sp.M(K) (kanan) saat menyalami kader Puskesmas saat hari peringatan Kusta se-Dunia di tribun lapangan Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (3/2/2020). ANTARA/HO-Humas Pemkot Makassar

Sementara Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan melalui Kepala Seksi Kusta Subdit Penyakit Kronis Menular Langsung, dr. Tiara Pakasi mengatakan, hingga saat ini Indonesia termasuk tiga besar setelah India dan Brazil dengan kasus terbanyak penderita kusta.

"Sebanyak 1.500 anak di Indonesia di bawah usia 15 tahun menderita kusta dengan temuan yang mengalami cacat. Banyak di antara mereka mendapat perlakuan diskriminatif akibat penyakit kusta yang dideritanya," beber dia.

Baca juga: Seribu Penderita Kusta Tanam Bakau
Baca juga: Kemenkes: Delapan provinsi belum eliminasi kusta

Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin, menguraikan, jumlah kasus penderita kusta di Makassar sebanyak 194 kasus. Saat ini angka prevalensi kusta masih di angka 1,17 dan target nasional tidak melebihi dari satu.

Pada Hari Kusta Se-Dunia dilakukan penandatanganan komitmen bersama menuju eliminasi kusta kota Makassar 2025, antara Pemerintah Kota Makassar, Kemenkes RI serta Universitas Hasanuddin.

Selain itu juga dilakukan penyerahan piagam rekor MURI oleh Awan Raharjo selaku perwakilan MURI kepada Iqbal Suhaeb sebagai pemecah rekor pemeriksaan penderita kusta terbanyak.

Di tempat ini, Perdoski juga melakukan pemeriksaan bagi penderita kusta maupun keluarga yang kontak langsung dengan penderita kusta.

Pada kesempatan itu Iqbal Suhaeb juga melakukan penyematan rompi kepada 47 kader Puskesmas yang disiagakan memantau penderita kusta di masyarakat.

Baca juga: Kemenkes: rata-rata kasus baru kusta 15 ribu per tahun
Baca juga: Jawa Timur masih punya 2.610 penderita kusta
Baca juga: Tim medis ACT Lombok kunjungi Rika si gadis penderita kusta

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020