Tiap tahun, 10.000.000 eksemplar Alquran disebarluaskan ke seluruh dunia. Jutaan Alquran itu dibagikan oleh Kerajaan Arab Saudi melalui Percetakan Mushaf Alquran "Kompleks Malik Fahd" di Madinah. Barangkali hal itu pula yang mendorong para jemaah haji melirik Percetakan Mushaf Alquran itu sebagai salah satu dari lokasi tujuan ziarah/wisata di "kota nabi."
Tepatnya, percetakan Alquran tingkat dunia itu berjarak tempuh sekitar 10 kilometer dari kota Madinah Almunawarroh ke arah kota Tabuk. Percetakan yang bersebelahan dengan pusat latihan tempur tentara Arab Saudi itu didirikan pada bulan Safar 1405 Hijriyah atau 1984 Masehi.
"Percetakan itu diresmikan Raja Malik Fahd, karena itu dinamakan 'Kompleks Malik Fahd'," ucap Direktur Publikasi 'Kompleks Malik Fahd' Syeikh Sholeh Husaini (17/12/2008).
Tidak tanggung-tanggung, percetakan Alquran itu luasnya mencapai 250 ribu meter persegi dengan puluhan gedung berderet-deret. Gedung-gedung itu antara lain lokasi percetakan, asrama pengurus, tempat perbaikan alat percetakan, poliklinik, kafetaria, gudang penyimpanan hasil produksi, dan gudang pemusnahan sisa-sisa produksi Alquran yang cacat.
Ada juga gedung pusat pelatihan petugas, pusat pengembangan Dirosah/Pembelajaran Alquran, asrama petugas, asrama penginapan tamu, tempat pejabat VIP, tempat pembuatan CD Alquran, tempat video sejarah Alquran untuk tamu, dan sebagainya.
Di lantai 2 gedung itu ada gedung pengawasan kualitas hasil cetak Alquran dan tempat koleksi Alquran dari berbagai bahasa yang pernah dicetak percetakan itu. "Kalau di lantai 1 merupakan lokasi percetakan dengan 1.700 petugas, maka di lantai 2 merupakan lokasi pengawasan Alquran dengan 450 pengawas," katanya.
Setiap tahun, katanya, jutaan Al-Quran itu dicetak dalam berbagai bentuk, seperti cetakan (tulis) atau elektronik berupa CD (compact disk) dan kaset. Cetakannya pun ada kategori 30 juz, lima juz (enam buah), dan satu juz (30 buah).
"Tapi, kami tidak hanya mencetak Al-Quran, melainkan kami juga mencetak jurnal kajian tentang Al-Quran dan Assunnah (hadits nabi), termasuk jurnal bantahan untuk meluruskan hal-hal yang berkaitan dengan Alquran dan hasil seminar-seminar Alquran," katanya.
Proses pembuatan
Sebagaimana penjelasan yang diterjemahkan mahasiswa Indonesia yang menjadi "tenaga musiman" (temus) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Susetyo Hadi, Direktur Publikasi 'Kompleks Malik Fahd' Syeikh Sholeh Husaini menyebut proses pencetakan Alquran melalui lima tahap.
"Sebelum dicetak pada media kertas cetak yang sebenarnya, para kaligrafer menorehkan tulisan-tulisan huruf Alquran tanpa titik dan baris di atas plat cetakan yang transparan. Itu tahap pertama," katanya.
Tahap kedua, hasil tulisan para kaligrafer itu langsung dikirimkan tim pengawas kepada ulama-ulama besar di berbagai negara di dunia untuk dilakukan pemeriksaan secara mendetail dan akurat.
"Setelah melakukan pemeriksaan, tim pengawas yang berkeliling dunia itu akhirnya menemui penulisnya, sehingga bila ada kesalahan sekecil apa pun akan langsung diperbaiki di depan tim pengawas senior yang terdiri atas beberapa ulama Arab Saudi," katanya.
Perbaikan itu juga sangat teliti, misalnya, ada kelebihan satu titik, ada kelebihan lekukan pada huruf sin, dan sebagainya, sehingga kekeliruan sekecil apa pun terkoreksi.
Tahap ketiga adalah memberikan titik dan baris untuk huruf-huruf tertentu pada halaman yang ada, kemudian dikirimkan lagi kepada tim pengawas senior untuk diteliti kebenarannya.
"Untuk tahap keempat adalah memberikan tanda-tanda waqof dan tahap kelima adalah memberikan nomor-nomor ayat, halaman, dan pinggiran kaligrafis, kemudian hasilnya baru dicetak oleh 1.700 petugas teknis di percetakan," katanya.
Hasilnya pun, katanya, masih ada tahap sortir yang juga sangat teliti. "Yang salah atau cacat, apakah kesalahan titik dan baris, adanya lipatan kertas yang cacat, adanya jahitan yang melenceng, maka semuanya akan disortir untuk dimusnahkan di gedung pemusnahan," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menjelaskan pihaknya sekarang mencetak Alquran yang diterjemahkan dalam 50 bahasa dan satu bahasa isyarat, di antaranya bahasa Afrika, Arab, Asia, Inggris, Spanyol, Urdu, Hausa, Macedonia, dan sebagainya. "Untuk bahasa Asia, antara lain bahasa Cina, Korea, Indonesia, dan sebagainya," katanya.
Di akhir penjelasannya kepada jurnalis Indonesia yang tergabung dalam PPIH Arab Saudi, Direktur Publikasi Syeikh Sholeh Husaini berpesan agar jurnalis selalu berada di garda terdepan.
"Jurnalis itu memiliki tangung jawab yang besar untuk menyebarkan ajaran dan nilai-nilai Alquran kepada masyarakat dunia," katanya, sambil menyalami tujuh jurnalis dan dua petugas yang diterimanya, termasuk seorang jurnalis perempuan.
Bagaimana komentar jemaah haji Indonesia yang mengunjunginya? "Percetakannya seperti percetakan suratkabar di Indonesia, tapi cara kerjanya sangat luar biasa," kata jemaah haji asal Surabaya, Hidayat Masaji.
Agaknya, pandangan jemaah haji plus (jemaah haji khusus) itu tidak terlalu salah, mengingat Alquran yang berasal dari percetakan di "kota nabi" itu melalui proses yang tidak sesederhana yang dibayangkan, sehingga kualitasnya pun tak diragukan lagi. (*)
Pewarta: Oleh Edy M Ya\
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008