Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia menguat di atas 43 dolar AS pada Senin, di perdagangan Asia yang tenang sebelum Natal, namun melemahnya permintaan  terus membebani pasar, kata para dealer. Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Februari, naik 84 sen pada 43,20 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent untuk penyerahan Februari naik 68 sen menjadi 44,68 dolar AS per barel, setelah meningkat 64 sen menjadi mantap pada 44,00 dolar AS di London, pada Jumat.          Jonathan Kornafel, direktur Asia dari Hudson Capital Energy, sebuah perusahaan perdagangan, mengatakan ia memperkirakan harga akan bergerak antara 40 dan 45 dolar AS "untuk satu atau dua pekan"  sebelum mereka turun kembali.          Pada penutupan perdagangan di New York, Jumat, kontrak untuk Januari yang habis masa berlakunya berada pada 33,87 dolar AS per barel, turun 2,35 dolar AS setelah mencapai posisi terendah harian  32,40 dolar AS, sebuah level yang terakhir terlihat pada Februari 2004.          "Harga minyak mentah turun karena kekhawatiran pelambatan ekonomi global menekan sentimen pasar," kata analis Sucden, Nimit Khamar, kepada AFP.          Stok minyak di Cushing, Oklahoma, tempat dimana gudang minyak  New York berada, dalam kapasitas maksimum. Lebih banyaknya minyak yang diparkir disana pada akhir sesi Jumat, mendorong para investor melakukan aksi jual, kata analis independen Ellis Eckland.          Dalam merespon penurunan harga minyak terbaru, Presiden OPEC Chakib Khelil, Jumat, mengatakan, kartel akan melakukan pengurangan produksi hingga harga stabil, hanya beberapa hari setelah 13 anggota grup menyetujui pemangkasan produksi terbesarnya dalam sejarah.          Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia, pada Rabu lalu, menyepakati pemotongan produksi 2,2 juta barel per hari (bph) dalam upaya menopang harga.          Meski ada langkah tersebut, harga minyak menyusut pekan lalu. Harga telah turun tajam dalam bulan-bulan terakhir ini karena kekhawatiran melemahnya permintaan di tengah pelambatan ekonomi global.          Khelil, yang juga menteri minyak Aljazair, mengatakan harga minyak dapat terus merosot lebih tajam, jika OPEC tidak melakukan penurunan pada September dan Oktober.          Tetapi, banyak pedagang mempertanyakan apakah semua anggota kartel OPEC akan sepenuhnya mentaati pemangkasan produksi tersebut. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008