Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Senin pagi, melemah 30 poin menjadi Rp10.950/11.020 dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu Rp10.920/10.950 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali membeli dolar AS.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin, mengatakan para pelaku pasar melepas rupiah dan membeli dolar AS, karena mereka menilai saatnya untuk melepas mata uang lokal itu selama mengalami kenaikan pada pekan lalu.

"Kami melepas rupiah untuk mencari untung (profit-taking) sehubungan mata uang lokal itu mengalami kenaikan pada beberapa hari lalu, sehingga posisi berada di bawah angka Rp11.000 per dolar AS," katanya, seorang pelaku pasar.

Koreksi harga terhadap rupiah, menurut dia, dinilai wajar, karena pelaku pasar mencari untung untuk menyambut liburan panjang yang tinggal beberapa hari lagi.

Aktifivitas pasar juga mulai berkurang, karena sebagian pelaku sudah mempersiapkan dulu menyambut datangnya Natal pada 25 Desember nanti, katanya.

Kostaman mengatakan, pasar saat ini didominasi aksi lepas oleh pelaku pasar yang relatif tidak besar, sehingga koreksi harga terhadap rupiah tidak besar.

"Kami memperkirakan rupiah masih berpeluang untuk menguat lagi, karena kebutuhan dolar AS oleh pelaku pasar semakin berkurang, didukung pula oleh perkiraan laju inflasi Desember 2008 nanti akan kembali membaik," ucapnya.

Rupiah, menurut dia, ke depan akan semakin baik, namun untuk bisa mencapai angka Rp10.000 per dolar AS kemungkinan agak berat. Apalagi sebagian analis menyatakan rupiah saat ini sedang mencari titik keseimbangan baru berkaitan dengan krisis finansial global yang terjadi akhir-akhir ini.

Pada sore nanti rupiah kemungkinan masih tertekan pasar, karena sentimen negatif pasar, akibat aksi lepas rupiah untuk mencari gain. Namun rupiah bisa saja menguat apabila ada faktor baru yang mendorongnya untuk menguat.

"Kita lihat saja apakah ada faktor pendukung yang bisa mendorong rupiah menguat, apalagi pemerintah telah menurunkan harga premium dan solar dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lebih solid, " katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008