Kudus (ANTARA News) - Menjelang perayaan Hari Natal yang jatuh pada Kamis (25/12) nanti dan pasca harga bahan bakar mesin (BBM) turun , sembilan harga bahan pokok masyarakat di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Kudus naik.

Tami (40), salah satu pedagang di Pasar Kliwon, Kudus, Minggu, mengatakan, sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan, yakni gula, semula dijual Rp5.700 per kilogram, naik menjadi Rp5.800,00/kg. Sedangkan telur dijual Rp12.500/kg dari harga semula Rp12.000/kg.

Kenaikan yang sama juga terjadi pada komoditas cabe merah besar dijual Rp15.000/kg dari harga semula Rp8.000/kg dan cabe merah kriting naik Rp2.000 dari harga semula Rp14.000/kg.

Kondisi berbeda terjadi pada bawang merah yang dijual Rp9.000/kg dari harga semula Rp10.000/kg. Sedangkan komoditas trigu dan kentang masih stabil, masing-masing dijual Rp5.000/kg dan Rp7.000/kg.

Komoditas minyak goreng curah pekan ini mengalami penurunan dengan harga eceran Rp6.300/kg dari harga semula Rp6.400/kg.

Bahkan, harga daging kerbau juga mengalami kenaikan Rp1.000 menjadi Rp61.000/kg, sedangkan harga daging sapi dan ayam potong masih tetap stabil masing-masing dijual Rp55.000/kg dan Rp20.000/kg.

Nur Indriyani (39), pedgang lainnya mengaku, kenaikan sejumlah bahan pokok masyarakat tersebut terjadi sejak beberapa hari lalu. Hanya saja, kenaikannya belum signifikan dan belum menyeluruh pada semua komoditas.

"Biasanya setiap perayaan hari raya besar seperti Natal dan tahun baru, hampir seluruh komoditas mengalami kenaikan secara bervariasi," katanya.

Kondisi tersebut, menyebabkan kebijakan penurunan harga BBM menjadi tak berarti. "Padahal saat ada kenaikan harga BBM, sejumlah agen lansung mengumumkan kenaikan harga barang," ujarnya.

Namun, saat terjadi penurunan harga BBM hingga dua kali sekalipun tidak terlalu berdampak pada perubahan harga. "Sia-sia pemerintah menurunkan harga BBM, mengingat harga sejumlah komoditas tergolong stabil dan sebagian ada yang naik," ujarnya.

Bahkan, harga beras naik antara Rp200 hingga Rp500/kg. "Kenaikan tersebut masih wajar. Hanya saja saat bersamaan dengan pnurunan harga BBM menjadi kurang wajar, karena saat ada kenaikan harga BBM sejumlah pedagang beras berlomba menaikkan harga dengan alasan biaya transportasi naik," ujarnya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008