Jakarta (ANTARA) - Virus corona, seperti yang menyerang warga di Wuhan, China, beberapa waktu terakhir memunculkan pertanyaan, apakah virus ini bisa menetap di satu wilayah tertentu?
Dalam laman Nature disebutkan, jika upaya untuk menahan (penyebaran) virus gagal, ada kemungkinan besar akan menjadi endemik--ketika suatu virus bersirkulasi terus-menerus di suatu komunitas atau lokasi.
Seperti halnya seperti influenza, bisa berarti kematian terjadi setiap tahun ketika virus beredar, sampai vaksin dikembangkan.
Jika virus disebarkan oleh orang yang terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala, maka akan lebih sulit untuk mengontrol penyebarannya, sehingga kemungkinan besar virus tersebut akan menjadi endemik.
Ada beberapa kasus orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, tetapi masih belum jelas apakah kasus asimptomatik atau ringan seperti itu umum, dan apakah atau seberapa menularnya mereka.
"Kami mungkin memantau virus untuk waktu yang lama, mungkin selamanya," kata Ian Mackay, ahli virologi dari University of Queensland di Brisbane, Australia.
Kasus tanpa gejala ini membedakan virus baru dari coronavirus yang menyebabkan sindrom pernafasan akut yang parah (SARS). Penyebaran wabah penyakit ini secara global terjadi pada tahun 2002-2003, tetapi akhirnya bisa dikendalikan.
"Tidak ada bukti virus tersebut masih beredar pada manusia", tutur Mackay.
Menurut ahli epidemiologi dari University of Hong Kong, Ben Cowling, jika langkah-langkah pengendalian efektif dan penularan melambat sehingga setiap orang yang terinfeksi tidak menginfeksi lebih dari satu orang lain, wabah dapat mereda.
Baca juga: Virus corona, Google tutup semua kantor di China untuk sementara
Baca juga: Super Junior donasikan 10 ribu masker untuk cegah virus corona
Baca juga: Benarkah bawang putih dapat obati infeksi corona?
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020