Para pejabat pemerintah yang dekat dengan proses pemilihan membenarkan penunjukkan ini kepada suratkabar Los Angeles Times, namun harian itu menambahkan, Obama belum memutuskan siapa yang berada di jabatan pimpinan baru Badan Intelijen Pusat (CIA) itu.
Jabatan tertinggi intelijen adalah posisi penting yang belum ditentukan Obama, setelah sibuk menunjuk para anggota kabinetnya.
Jika benar sebagai Direktur Intelijen Nasional (DNI), Blair akan menghadapi bom waktu warisan pemerintahan Presiden George W. Bush, termasuk dua perang, penjara rahasia CIA di luar negeri dan penyadapan pembicaraan dalam negeri.
Penasehat tinggi presiden bidang intelijen dan Dewan Keamanan Nasional, akan dia jalani dengan mengelola aktivitas intelijen dan mengawasi 16 agensi di bawahnya.
Tim Obama ditantang untuk bekerja keras memfinalisasi pemilihan pejabat intelijennya, dan penunjukan Blair yang meniti karier dari militer, diduga bakal memicu ketegangan antara pejabat intel dari kalangan sipil dan militer, demikian Wall Street Journal.
Blair, yang berkarier di Angkatan Laut selama 34 tahun, tidak tahu akan dekat secara pribadi dengan Obama, meskipun dia kadang memberikan nasehat kepadanya di Senat, tapi dia berhubungan dekat dengan Clinton dan menempuh pendidikan sama dengan mantan presiden Bill Clinton di Universitas Oxford.
Sebagai mantan komandan pasukan AS di Pasifik, Blair akan menjadi direktur intelijen nasional ketiga setelah dibentuk Kongres pada 2004, setelah penyelidikan mengungkapkan kegagalan badan intelijen turut memberi informasi yang memungkinkan dicegahnya serangan serupa 11 September 2001.
Kegagalan itu kemudian disusul kesalahan besar intelijen AS berkaitan dengan tuduhan Irak menguasai senjata perusak massal. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008