Sydney (ANTARA News) - Mantan tahanan yang meringkuk paling lama di penjara Teluk Guantanamo, David Hicks, akhirnya menjadi orang bebas Minggu, menyusul dicabutnya pengawasan ketat atas dirinya setelah ia dibebaskan dari penjara. Hicks, 33 tahun, yang disekap selama lebih dari lima tahun di penjara AS di Kuba itu dan merupakan "petempur musuh" yang dijatuhi hukuman oleh sebuah komisi militer AS, mendapat pengawasan ketat sejak dibebaskan dari sebuah penjara Australia hampir setahun lalu. Namun demikian, pengawasan itu, yang mewajibkan ia melapor secara reguler kepada polisi, membatasi ruang geraknya dan menerapkan jam malam, yang habis masa berlakunya pada tengah malam. Polisi Australia menyatakan, Kamis, mereka tak akan memperpanjang pembatasan itu, menyusul permohonan Hick yang menolak pembatasan dirinya disiarkan ke tengah publik. Pengacaranya, David McLeod, mengemukakan Hicks, yang menyetujui tawaran pihak berwenang AS yang memperkenankan dirinya menyelesaikan masa tahanannya di Australia Selatan, kini dapat meneruskan kehidupannya. Pada Nopember lalu, Hicks mengajukan permintaan bagi pencabutan pengawasan atas kehidupannya, yang memaksa apa yang disebut "Taliban Australia" itu melapor kepada polisi dua kali sepekan dan membuatnya tak bisa meninggalkan Australia. Hicks juga dilarang menggunakan telpon saluran tetap atau telpon genggam, Internet atau email tanpa ijin dari kepolisian dan ia akan dijebloskan ke penjara kalau melanggar larangan itu. Mantan pekerja di pabrik kulit kanguru itu ditangkap di Afghanistan pada akhir 2001 dan semula dituduh bertempur di pihak Taliban terhadap pasukan pimpinan AS yang menyerbu Afghanistan setelah serangan 11 September. Ia diangkut ke pangkalan Teluk Guantanamo milik militer AS di Kuba pada Januari 2002 dan akhirnya dituduh berkomplot, berupaya membunuh dan membantu musuh, namun semua tuduhan itu kemudian dicabut. Hicks diperkenankan pulang ke Australia pada Mei 2007 untuk menyelesaikan sisa hukuman penjara sembilan bulannya, setelah mencapai kesepakatan dengan militer AS, dengan mengaku bersalah telah memberikan dukungan material kepada terorisme. Ia belum pernah berbicara di depan umum mengenai pengalamannya di Afghanistan dan Guantanamo. "Saya masih dalam tahap pemulihan dari siksaan itu. Saya tak bersedia menerangkan apa yang terjadi dan mengapa," katanya, seperti dilaporkan AFP.

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008