Kabul, (ANTARA News) - Pemimpin bayangan Taliban Mullah Muhammad Omar telah mengajukan syarat untuk mengkahiri konflik dan menciptakan perdamaian di negara yang dilanda perang itu, media massa setempat melaporkan, Sabtu."Mullah Omar telah mengirimkan rencananya lewat Raja Arab Saudi Abdullah Bin Abdul Aziz," tulis harian "Outlook", mengutip jaringan televisi Iran, Press TV.Tanpa menjelaskan syarat-syarat tersebut, suratkabar itu menambahkan bahwa pemimpin Taliban dalam tawarannya menekankan jadwal penarikan pasukan asing dari negara itu."Pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Islam harus menggantikan pasukan NATO dan Amerika Serikat untuk menjamin masa tentang transisi hingga Afghanistan dapat mencapai suatu pemerintahan secara konsensus," kata Omar dalam tawarannya, seperti dikutip suratkabar tersebut.Tawaran lainnya yang dibuat Mullah Omar adalah tentang pembagian kekuasaan dengan rejim Afghan saat ini.Ia juga menawarkan konsolidasi para pejuang Taliban  ke dalam angkatan darat Afghan, dan memberi pengampunan kepada mereka. Para jurubicara Taliban sejauh ini belum mengomentari laporan tersebut.Mullah Omar, yang tidak terlihat di publik sejak ia ditumbangkan dari kekuasaan oleh pasukan AS pada akhir 2001, sebelumnya telah mengajukan syarat bahwa pihaknya dapat melakukan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan pimpinan Hamid Karzai, bila pasukan internasional yang berjumlah lebih dari 70.000 personel itu ditarik dari Afghanistan.Dimediasi oleh pemerintah Arab Saudi, suatu pertemuan antara Taliban dan para tokoh pro-pemerintah Afghan, termasuk beberapa beberapa anggota parlemen Afghan, telah dilakukan di Riyadh, Arab Saudi, tiga bulan silam.Presiden Karzai, selain menyambut hangat pertemuan, juga menyerukan Raja Arab Saudi Abdullah Bin Abdul Aziz untuk memainkan peranan dalam memperkuat keamanan di Afghanistan.Kendati demikian, pemimpin Taliban, yang masih menjadi buronan AS itu, dalam tawarannya memperingatkan bahwa  serangan terhadap pasukan asing akan terus terjadi jika Gedung Putih mengirimkan pasukan tambahan ke Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008