Jakarta (ANTARA News) - Jika tiga belas anak muda berbicara tentang presiden, muncul kemudian hal-hal yang khas anak muda misalnya ada yang berandai-andai jika Presiden Kita Sehebat Harry Potter, tokoh fiktif yang dikenal sebagai ahli sihir, atau mengharapkan seorang presiden yang mau nongkrong di terminal dan juga makan pete. Itulah celoteh mereka yang dikemas dalam karya tulis berbentuk esai dan dikumpulkan menjadi buku berjudul "Andai Presiden Kita Sehebat Harry Potter" dan diluncurkan di Jakarta, pada Sabtu petang, 20 Desember 2008. Para penulis muda berusia 20-an hingga 30an tahun itu tergabung dalam kelompok penulisan Agenda18 yang telah menghasilkan dua buku karya mereka. "Kalau buku ini terbit pada zaman Orba pasti sudah dilarang, masak membicarakan presiden seperti ini, tapi ini adalah pandangan anak muda yang terbuka dan kritis mengenai harapan mereka akan seorang presiden," kata M Fadjroel Rachman, seorang pengamat politik yang berusaha menjadi calon presiden secara independen pada pemilu 2009. "Judul-judul tulisan pun oke, misalnya ini bisa diganti `Andai Fadjroel sehebat Harry Potter, akan saya sihir Mahkamah Konstitusi untuk meluluskan peraturan yang membolehkan calon independen menjadi calon presiden," kata Fadjroel disambut meriah pengunjung di Newseum Cafe. Dalam diskusi peluncuran buku yang dipandu Ignatius Haryanto, direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) itu tampil pula pembahas lain yaitu Antonio Pradjasto, peneliti dari DEMOS dan Roy Thaniago, salah seorang penulis buku tersebut. Buku saku yang diterbitkan oleh penerbit Kanisius, Yogyakarta itu memuat 16 esai dari 13 orang penulis, ditulis dan ditampilkan dengan gaya segar khas anak muda namun juga sarat impian dan harapan kaum muda itu mengenai sosok kepala negara. "Kita tidak bicara untung dan rugi dalam menerbitkan buku ini, tetapi menghargai niat baik anak-anak muda untuk berbuat sesuatu bagi bangsa melalui tulisan, maka Kanisius memutuskan untuk juga berbuat sedikit dengan menerbitkannya," kata Hendrik mewakili pihak Kanisius. Judul-judul esai yang termuat dalam buku tersebut antara lain "Kalau Presiden Punya Face Book", "Orang Bodoh Dilarang Jadi Presiden", "Tidak Hanya Perkasa Tapi Bisa Juga Orgasme", "Apa Iya Kita Butuh Presiden", "Minggir, dong! Presiden Mau Lewat" . Para penulisnya adalah Roy Thaniago, Christa Sabathaly, Theresia Hanny Christania, FX Triatmoko, Berto Tukan, Agnes Rita, Anton Lunardi, Vikhtoria Gabriel, Elsye Christieyani Susanto, Maria Rosari, Sigit Kurniawan dan Sri Maryanti. Peluncuran buku tersebut juga dimeriahkan oleh aksi panggung duo gitar Endah N Rhesa yang memukau para tamu lewat empat tembang yang diambil dari album mereka sendiri yang baru akan dirilis pada awal 2009 mendatang. Kelompok Agenda18 dibentuk untuk oleh sejumlah wartawan dan penulis untuk memberikan pelatihan penulisan jurnalistik bagi anak muda Katholik sejak tahun 2003 dan telah menghasilkan tiga angkatan. Pelatihan dilakukan seterusnya dalam diskusi melalui internet maupun pertemuan secara berkala. Sejumlah anggotanya kini telah banyak yang menjadi wartawan, penulis buku, penulis lepas, petugas humas maupun mereka yang bekerja di bidang lain dan melanjutkan kuliah.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008