"Ini penting, karena publik akan melihat kedalaman isu seseorang anggota DPR itu melalui teks atau konten yang dikuasai," ujar peneliti senior INSIS Dian Permata dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Anggota DPR sesalkan komentar menyesatkan harga BBM
Baca juga: Komentar Fadli Zon soal adu pukul anggota DPR
Baca juga: Komentar legislator terkait wacana parpol tak usung calon diberi sanksi
Dia lalu mencontohkan beberapa partai politik yang telah mendapuk kadernya untuk menjadi spesialis menanggapi isu-isu tertentu, seperti PDI Perjuangan yang mendelegasikan Arif Wibowo sebagai representasi untuk isu kepemiluan atau Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mempercayakan Nihayatul Wafiroh untuk berbicara seputar isu-isu terkait BPJS.
Menurut Dian, dengan adanya kader spesialis, jurnalis akan lebih mudah dalam memilih narasumber. Pernyataan yang dimuat di media massa pun lebih berbobot dan mendalam.
"Dengan begitu, jurnalis dengan sendirinya mendatangi seorang anggota DPR tersebut karena penguasaan isu tertentu. Jangan sampai hanya tahu isu tapi lemah isi. Jadi sekadar bunyi di media," kata dia.
Sementara itu, peneliti INSIS lainnya, Wildan Hakim mengatakan politikus di DPR harus mampu memahami isu-isu yang berkembang, sebagai modal unjuk diri ketika diminta memberikan pernyataan oleh media.
"Di sini, kemampuan mengomentari isu secara proporsional harus diperhatikan oleh semua politikus. Jangan sampai asal berkomentar tapi dianggap tidak relevan dengan isu yang sedang dikomentari," kata Wildan.
"Publik dan konstituen melihat keterkenalan politikus Senayan dari kemunculan mereka di media massa. Sederhananya, salah satu kinerja politikus Senayan itu dilihat dari opini atau komentar mereka yang dikutip media massa," tambah dia.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020