Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak agar tidak salah menggunakan metodologi dalam pendidikan yang pada akhirnya menghasilkan sumber daya manusia pasif dan tak kritis. Berbicara dalam peluncuran buku Indonesia Unggul di Grand Indonesia Jakarta, Jumat sore, Kepala Negara menjelaskan jangan pilih metodologi pendidikan yang hanya mencekoki siswa dengan pelajaran kemudian mengujinya dan menilai siswa tersebut sudah menguasai apa yang diajarkan. "Mereka akan jadi manusia yang unggul kreatif dan inovatif apabila dari awal dibangkitkan rasa ingin tahu," kata Presiden. Menurutnya, kalau sejak awal geneasi muda Indonesia dibangun watak dan pemahaman akan nilai pasti generasi bangsa miliki karakter yang baik. "Di abad 21 ini bagaimana pun sebuah bangsa harus miliki teknologi pengetahuan untuk berkembang namun tanpa buku saya kira kehidupan kita akan kering jauh dari inovasi," paparnya. Karena itu Presiden Yudhoyono mengatakan peran dari buku sebagai sumber pengetahuan untuk memenuhi rasa ingin tahu sangat penting. "Sumber kemajuan manusia yang dimulai dari pendidikan, awalnya adalah rasa ingin tahu dan kepedulian yang tinggi. Kalau anak-anak kita punya itu maka akan haus pengetahuan kemudian ingin baca buku," katanya. Pada akhir sambutannya, Kepala Negara mengingatkan pada semua pihak agar tidak semata-mata mementingkan pendidikan untuk mempelajari ilmu dan teknologi namun juga memandang penting pembangunan karakter bangsa serta pengembangan nilai-nilai positif. "Saya tidak henti-hentinya mengingatkan agar terus memiliki pikiran yang terang dan rasa optimisme sehingga semua masalah dapat diselesaikan serta tidak mudah menyerah," tegas Presiden. Dalam peluncuran buku Indonesia Unggul yang merupakan versi bahasa Indonesia dari buku kedua Presiden berjudul Indonesia on the Move, turut mendampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, hadir sejumlah menteri kabinet Indonesia bersatu dan juga tokoh dari berbagai kalangan. Pada kesempatan itu Kepala Negara memberikan buku Indonesia Unggul yang telah ditandatanganinya pada 10 tokoh antara lain Hermawan Kertajaya, Erwin Aksa, Hasyim Djalal dan Rosiana Silalahi. Presiden juga meresmikan toko buku Gramedia di Grand Indonesia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008