London, (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia jatuh pada Kamis waktu setempat, ke poin terendah dalam empat tahun yaitu di bawah 38 dolar AS per barel di New York. Hal itu dikarenakan para pedagang meyakini bahwa OPEC tidak akan sepenuhnya melaksanakan rekor pemotongan produksi.
Sebagaimana dilaporkan AFP, di New York Mercantile Exchange (NYMEX), minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari menyusut menjadi 37,68 dolar AS per barel jelang jatuh temponya kontrak pada Jumat. Ini poin terendah yang terakhir kali terlihat pada Juli 2004.
Di InterContinental Exchange (ICE), London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Februari merosot ke posisi terendah 44,30 dolar AS per barel.
Dalam transaksi terakhir, minyak mentah New York berada pada 38,55 dolar AS, turun 1,51 dolar AS dari penutupan Rabu. Minyak mentah Brent turun 53 sen pada 45 dolar AS per per barel.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi sekitar 40 persen dari minyak mentah dunia, menyetujui sebuah rekor pemotongan produksi pada Rabu, sebanyak 2,2 juta barel per hari.
Namun, keputusan tersebut gagal mencegah penurunan harga lebih lanjut, karena meningkatnya cadangan energi AS juga meningkatkan kekhawatiran permintaan global di tengah pelambatan tajam ekonomi seluruh dunia.
"Keputusan itu menggemakan suara dari ketidak percayaan kemampuan kartel mengurangi produksinya, karena sebelumnya ada tendensi tak sepenuhnya melaksanakan komitmennya, terutama oleh negara-negara yang kekurangan keuangan," kata analis dari MF Global, Ed Meir.
Meski ada pemotongan produksi lagi pada Rabu, minyak mentah New York jatuh 3,54 dolar AS dan minyak mentah Brent London menyusut 1,12 dolar AS.
"OPEC memangkas lebih dari dua juta barel minyak dari produksinya kemarin," tambah analis dari BetOnMarkets, David Evans.
"Namun, harga jatuh karena sebagian besar pedagang mempertanyakan apakah organisasi itu dapat benar-benar melaksanakan pengurangan produksi," kata dia.
"Tidak ada yang membantu (menaikkan) harga minyak, pada kenyataannya cadangan AS meningkat lagi," tambah dia.
Departemen energi AS (DoE) melaporkan Rabu, stok minyak mentahnya meningkat 500.000 barel dalam pekan yang berakhir 12 Desember, yang mencapai lima kali ekspektasi pasar dan mengindikasikan melemahnya permintaan energi AS.
Para menteri dari 13-negara anggota OPEC, dalam pertemuan di Oran, Aljazair, menyepakati untuk pengurangan produksi dalam upaya menopang harga minyak yang telah merosot sejak mencapai rekor tertingginya di atas 147 dolar AS per barel pada Juli, akibat turunnya permintaan di tengah pelambatan ekonomi global.
Pemotongan produksi, yang mulai efektif 1 Januari 2009, menargetkan pemotongan produksi 2,2 juta barel menjadi 27,3 juta barel per hari.
Ini kali ketiga dalam tiga bulan terakhir, OPEC menurunkan produksi minyaknya, dan merupakan pemotongan produksi terbesar sejak kartel memperkenalkan kuota produksi pada 1982.
Harga minyak juga merosot meski dolar AS baru-baru ini turun tajam terhadap mata uang utama lainnya, sehari setelah Federal Reserve memangkas basis suku bunga pinjaman menjadi hampir nol.
Biasanya, melemahnya dolar AS mengangkat harga minyak yang dihargakan dalam dolar AS untuk para pembeli yang menggunakan mata uang lebih murah.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008