Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Forum Ekonomi Islam Dunia (World Islamic Economic Forum/WIEF) pada awal Maret tahun depan. Menurut Waki Ketua DPD yang juga Ketua Panitia Pengarah (Steering Committe) WIEF, Irman Gusman, di Jakarta, Kamis, fokus pembahasan dalam pertemuan WIEF tersebut adalah keamanan pangan, energi dan penanganan krisis finansial berbasis "bottom line business". "Forum ini penting sekali, karena negara-negara Islam, terutama di Timur Tengah, tidak lagi terbelakang," ujar Irman Gusman. Dikatakannya bahwa negara-negara di kawasan Timur Tengah mempunyai surplus dana hingga 1,5 triliun dolar AS yang ditampung melalui fasilitas pendanaan bernama Sovereign Wealth Funds (SWF) atau Sovereign Welfare Fund (SWF). "SWF dibentuk menjadi lembaga keuangan yang dimiliki negara untuk menjadi instrumen investasi di luar negeri," ujarnya. Negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan China juga membentuk fasilitas pendanaan seperti SWF. Indonesia dianjurkan memanfaatkan SWF untuk menyangga gejolak ekonomi dunia dengan mengajak pemilik dana surplus yang didominasi Timur Tengah untuk berinvestasi di Indonesia. "Kita bisa memanfaatkan poros Beijing-Dubai- New Delhi. Kini adalah saatnya dan disinilah masa depan kita," ujarnya. Dikatakannya pula bahwa saat ini China, India, dan Timur Tengah telah tampil kemuka dalam menyelesaikan ancaman krisis ekonomi global. Irman Gusman berpendapat bahwa dengan menghubungkan China, Indonesia, India, dan Timur Tengah sebagai raksasa ekonomi dunia yang baru maka artinya jalan sutera dihidupkan kembali. "Jalan sutera akan hidup kembali. Begitulah siklusnya," katanya. Sejumlah kepala negara dan pemerintahan negara-negara Islam yang akan menghadiri WIEF itu diantaranya adalah dari Arab Saudi, Yaman, Oman, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Irak, Kuwait, Jordania, Malaysia, dan Senegal. Selain itu, juga akan hadir para pemimpin usaha yang tertarik untuk menangkap peluang investasi, terutama bonanza Timur Tengah, Australia, Jepang dan negara-negara non-Islam lainnya. (*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008