Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) James Allan Rarung mengatakan peningkatan kewaspadaan internasional untuk mencegah penyebaran virus corona lintas negara.
"Kewaspadaan kesehatan internasional harus ditingkatkan dan memerlukan kerjasama antar bangsa," ujar James saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Jumat.
Menurut James, semua sumber daya untuk pencegahan penyebaran ataupun upaya penyembuhan harus dilakukan dalam konsep saling membantu dan melengkapi antara semua negara. Dengan demikian, maka penyebaran dan angka kesakitan dan kematian akibat terinfeksi virus dapat diminimalkan.
Aspek utama penetapan status darurat kesehatan global terkait masalah virus corona oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah potensi penyebaran virus corona jenis baru yang mewabah di China telah mencapai skala global.
"Tidak boleh sekalipun dipandang ringan, namun juga jangan pula terlalu tenggelam seolah-olah ini adalah teror yang tidak bisa teratasi," ujar James.
Baca juga: WHO umumkan merebaknya virus corona sebagai darurat internasional
Baca juga: Kemenhub pastikan bandara internasional dipasang pemindai suhu tubuh
Baca juga: Pelindo I tingkatkan kewaspadaan corona di pelabuhan internasional
Merespons status yang ditetapkan WHO itu, maka seluruh negara di dunia harus melihat infeksi dan penyebaran virus corona tersebut dapat menyebar di setiap negara dengan melintasi batas geografis dan demografis.
"Indonesia tidak perlu panik, namun justru harus semakin ditingkatkan lagi kewaspadaan terhadap semua potensi yang menyebabkan virus ini menyebar di negara kita," tuturnya.
James menyatakan tindakan pemindaian (screening) terhadap arus mobilisasi antar negara baik di pelabuhan udara dan pelabuhan laut harus lebih ditingkatkan.
Peralatan body temperature detector perlu ditambah dan disebarkan di setiap pintu masuk ataupun di area yang padat terkonsentrasi arus massa.
Kementerian Kesehatan dengan dinas kesehatan dan instansi terkait harus makin meningkatkan koordinasi bersama.
Rumah sakit khusus maupun umum yang memiliki kemampuan merawat dan mengobati pasien terinfeksi virus corona tersebut harus siap siaga 24 jam penuh dengan membentuk satuan tugas khusus infeksi virus corona itu. Jika diperlukan dapat pula ditambah lagi pengadaan alat-alat kesehatan khusus untuk fasilitas khusus itu.
Untuk daerah dan wilayah yang memiliki karakteristik mudah terpapar infeksi virus corona itu, apabila belum ada fasilitas khusus untuk penanganan virus itu maka perlu untuk dibangun.
Baca juga: Kemenkes: Indonesia punya kemampuan deteksi virus corona
Baca juga: Pemerintah Aceh serahkan nama mahasiswa di Wuhan
Baca juga: Pilot AS desak hentikan rute penerbangan ke dan dari China
Dia mengimbau agar rakyat Indonesia tidak perlu panik, namun tetap melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menjaga daya tahan tubuh agar kuat.
Apabila dalam kondisi lemah dan akan melakukan interaksi dengan orang banyak, warga hendaknya menggunakan masker wajah.
Begitu pula jika tiba-tiba suhu tubuh mendadak meninggi secara ekstrim dan tidak turun dengan kompres dan obat penurun panas, dapat segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat ataupun ke tenaga medis.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pada Kamis bahwa wabah virus corona di China saat ini melahirkan darurat kesehatan masyarakat atas keprihatinan internasional.*
Baca juga: Usai rayakan Imlek, pekerja MRL China dilarang kembali ke Malaysia
Baca juga: Kemenkes siapkan tempat karantina-siagakan RS pulangkan WNI dari Wuhan
Baca juga: Presiden: Evakuasi WNI dari Hubei China tunggu antrean
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO mengumumkan keputusan itu setelah sidang Komisi Darurat, sebuah panel para ahli independen di tengah meningkatnya bukti penyebaran virus di 18 negara.
"Keprihatinan terbesar kami adalah potensi virus itu menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah," tuturnya.*
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020