"AWR sedang dalam proses hampir selesai dan hampir perampungan serta segera diluncurkan," kata dia saat kegiatan 100 hari kinerja Menteri Pertanian dengan mengusung tema membangun sinergi untuk pertanian maju, mandiri dan modern di Jakarta, Jumat.
Saat ini sistem pertanian berbasis teknologi tersebut masih terkendala "bandwidth" frekuensi sehingga menyebabkan keterlambatan. Namun dalam waktu dekat kementerian terkait segera melakukan pembicaraan dengan pihak yang menangani satelit.
Baca juga: Kementan ingatkan petani milenial kuasai teknologi pertanian 4.0
"Sehingga nantinya kita bisa mendapatkan resolusi-resolusi yang makin dekat pada semua tempat," ujar dia.
Selain itu, juga masih ada kesulitan-kesulitan lain termasuk beberapa tempat yang memiliki awan tebal sehingga sulit ditembus teknologi tersebut.
Saat ini, ujarnya, ruangan AWR sudah disiapkan. Teknologi tersebut diharapkan bisa menyediakan data pertanian hingga tingkat desa. Adanya AWR tersebut sekaligus memudahkan pemerintah memantau berbagai hal terkait pertanian sehinggga tidak ada lagi kekeliruan data.
Baca juga: Rektor IPB siapkan Tani Center sebagai gerbang teknologi pertanian
"Dunia tidak ada lagi yang disembunyikan. Karena mendeteksi kehidupan pertanian dengan negara yang begitu luas tidak mungkin secara manual," ujar peraih penghargaan sipil Bintang Mahaputera Utama tersebut.
Ia mengatakan bagi petani yang bisa membuat perusahaan rintisan (startup) bisa berkoordinasi dan memanfaatkan AWR. Sehinggga lokasi dan apa yang dibutuhkan dapat dilacak dengan mudah.
Lebih jauh ia menjelaskan AWR juga bisa mengetahui dimana akan terjadi hujan maupun tingkat kelembapan pada hari yang sama selama enam hari.
"Ini termasuk pula apabila ada petani yang mengeluhkan kelangkaan pupuk maka bisa kita lihat menggunakan AWR," katanya.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020