Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, menguat limaq poin menjadi Rp10.900/11.050 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.950/11.050, karena sentimen positif masih mendukung mata uang Indonesia.
Pengamat pasar uang, Farial Anwar, di Jakarta, Kamis mengatakan, faktor utama yang mendorong rupiah menguat akibat merosotnya nilai dolar AS di pasar global, setelah Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunganya hampir menjadi nol persen.
Penurunan suku bunga The Fed itu mengakibatkan hampir semua mata uang utama menguat, terutama euro terhadap dolar AS, katanya.
Euro naik menjadi 1,4404 dolar dari 1,4018 dolar akhir Selasa. Kenaikan euro paling kuat terhadap greenback sejak mata uang itu diluncurkan pada Januari 1999. Euro juga menguat terhadap yen menjadi 126,02 yen dari 124,74 yen.
Dolar terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan pada 87,95 yen dari sebelumnya 88,98 yen.
" Kebijakan The Fed menurunkan suku bunganya memicu pelaku pasar membeli mata uang lain yang berakibat negatif terhadap pergerakan dolar AS,"ucapnya.
Ia mengatakan, pelepasan dolar AS oleh pelaku menunjukkan ketidakpercayaan pasar bah bank sentral AS dapat mengelola resiko-resiko yang dihadapinya.
Besarnya kenaikan euro itu juga didukung oleh bank sentral Eropa (ECB) yang mengindikasikan akan mempertahankan suku bunganya pada 2,5 persen, katanya.
Menurut Farial, rupiah berpeluang untuk kembali naik, karena kebutuhan dolar AS menjelang akhir tahun mulai berkurang.
Kebutuhan dolar AS oleh pelaku pasar sudah diantisipasi sejak awal bulan ini dan mulai berkurang mendekati akhir bulan ini. Rupiah pada akhir pekan ini diperkirakan masih berkisar dibawah level Rp11.000 per dolar AS yang menunjukkan pasar masih positif terhadap mata uang Indonesia, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008