London (ANTARA News) - Setelah sekitar seminggu wafatnya Ali Alatas, ungkapan duka dan rasa kehilangan atas perginya mantan menteri luar negeri Indonesia itu, berdatangan dari duta besar dan komunitas internasional di Jenewa yang terekam dalam Book of Condolences di Perwakilan Tetap RI di Jenewa, Swiss.
Figur Ali Alatas, menteri luar negeri periode 1988-1999 dan juga mantan Wakil Tetap RI/Duta Besar untuk PBB dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, telah menorehkan kesan tersendiri bagi komunitas internasional di Jenewa.
Menurut Sekretaris Pertama PTRI Jenewa Yasmi Adriansyah kepada koresponden Antara London Kamis waktu setempat, sejumlah wakil tetap/duta besar yang bertugas di Jenewa mengisahkan kenangan mereka ketika berinteraksi dengan Ali Alatas dalam berbagai forum internasional yang meninggalkan kesan mendalam.
Oleh karena itu, wafatnya Ali Alatas bukan saja merupakan kehilangan bagi Indonesia tetapi juga kehilangan bagi dunia, ujarnya.
Wakil Tetap/Dubes Singapura di Jenewa misalnya, mengenang Ali Alatas sebagai figur yang bijaksana, bersahabat dan selalu tersenyum.
Ia pun tak akan lupa atas upaya Ali Alatas memajukan hubungan bilateral RI-Singapura serta mempercepat integrasi ASEAN.
Kepergian Ali Alatas merupakan kehilangan besar bagi ASEAN atas seorang negarawan terbaiknya.
Wakil Tetap/Dubes Australia di Jenewa menyatakan kesedihannya yang mendalam. Menurutnya, Ali Alatas adalah seorang Menlu yang luar biasa dan menghasilkan hubungan yang sangat baik dan saling menguntungkan di kawasan, termasuk antara RI dengan Australia. Rakyat Australia akan selalu mengenang Ali Alatas sebagai seorang teman dan mitra.
Upaya Ali Alatas mendamaikan pertikaian di Kamboja, melalui Jakarta Informal Meeting (JIM), tentulah sangat membekas bagi warga Kamboja.
Wakil Tetap/Dubes Kamboja di Jenewa menyatakan kontribusi Ali Alatas atas perdamaian di Kamboja layak mendapatkan apresiasi dan penghormatan yang tinggi. Kesan serupa atas perdamaian Kamboja ternyata juga melampaui batas geografis yang jauh.
Deputi Wakil Tetap Amerika Serikat di Jenewa, menyatakan ketika masih menjadi diplomat madya ia mendapatkan kehormatan berpartisipasi pada perundingan damai dan menyaksikan langsung kecerdasan, kepiawaian diplomasi dan komitmen Ali Alatas akan perdamaian. .
Menurutnya, Ali Alatas telah menghasilkan capaian yang sangat penting tidak hanya atas nama Indonesia tetapi bahkan mewakili komunitas internasional.
Sejumlah pimpinan organisasi internasional di Jenewa turut berduka atas kepergian Ali Alatas. Sekretaris Jenderal Inter-Parliamentary Union (IPU), memberikan penghargaan yang tinggi atas kontribusi signifikan Ali Alatas pada dialog dan kerjasama antar agama dan komunitas politik serta peradaban dunia.
Markas PBB di Jenewa (United Nations Office in Geneva/UNOG) juga menyampaikan simpati terdalamnya bagi pemerintah dan rakyat Indonesia serta keluarga yang ditinggalkan.
Ungkapan belasungkawa atas wafatnya Ali Alatas yang disampaikan melalui PTRI Jenewa datang dari berbagai negara diantaranya berasal dari Singapura, Kroasia, FInlandia, Kamboja, Prancis, Thailand, Australia, Slovakia, Zimbabwe, Korea Utara, Spanyol, Vietnam, Brunei Darussalam, Swedia, Senegal dan Albania.
Selain itu organisasi International Parliamentary Union (IPU), Turki, Iran, Yemen, Azerbaijan, Meksiko, Mesir, Belarus, Uni Emirat Arab, Honduras, Lithuania, World Trade Organization (WTO), United Nations Office in Geneva (UNOG) juga menyampaikan belangsungkawanya.
Termasuk wakil dari Inggris, Kuba, Bangladesh, Filipna, Jerman, Siprus, Libanon, India, Ghana, Lesotho, Burundi, Amerika Serikat, Pakistan, Sudan, Timor Leste, Haiti, G-15, dan Libya yang ikut mengisi buku duka.
Menurut Yasmi Adriansyah, sampai saat ini ungkapan-ungkapan serupa masih terus berdatangan, seakan ingin menegaskan bahwa dunia memang sangat kehilangan atas kepergian salah seorang putra terbaik Indonesia.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008