Deputi Direktur Pemasaran Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Rabu, mengatakan saat ini harga keekonomian elpiji termasuk pajak masih Rp7.250 per kg, sementara Pertamina menjualnya Rp5.750 per kg.
"Artinya, kami masih subsidi Rp1.500 per kg," katanya.
Menurut dia, harga keekonomian masih tinggi karena Pertamina memakai patokan impor bulan Nopember yang berdasarkan contract price (CP) Aramco masih 490 dolar AS per metrik ton.
Saat ini, CP Aramco memang sudah turun menjadi 336 dolar AS per ton. "Namun, elpiji yang dipakai masih dengan harga Nopember yang 490 dolar AS per barel," ujarnya.
Mengenai rencana pemerintah mendorong perusahaan lain dalam bisnis elpiji, Hanung menyambut baik. Hanya saja, sambungnya, selama harga masih belum mencapai keekonomiannya maka sulit bagi perusahaan lain masuk bisnis elpiji.
"Kami senang kalau ada pemain lain, sebab Pertamina tidak terus disalahkan," ujarnya.
Terkait kelangkaan elpiji yang masih terjadi meski sebelumnya Pertamina menjanjikan normal pada Selasa ini, Hanung mengatakan stok elpiji sebenarnya sudah aman.
Namun, diakuinya, perlu 3-4 hari ke depan agar bisa disalurkan secara merata ke masyarakat.
"Kalau pasokan ditambah 50 persen di atas kebutuhan normal maka pasokan di masyarakat baru pulih 3-4 hari," ujarnya.
Sampai akhir Desember 2008, kebutuhan elpiji mencapai 163.850 ton yang akan dipenuhi dari Belanak, Natuna 31.000 ton, Tanjung Jabung, Jambi, 60.000 ton, dan impor 95.000 ton. (*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008