Tapi nanti kalau ada laporan sama juga kita perlakukan (seperti mahasiswa, red.), tidak ada beda-beda, sama-sama warga negara Indoensia asal Aceh
Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial Aceh menyatakan belum mendapatkan informasi dan pengaduan apapun terkait dengan keberadaan warga Aceh di China, selain mereka yang berstatus mahasiswa.
"Sampai hari ini makanya posko kita buka belum ada laporan," kata Kepala Dinas Sosial Aceh Alhudri saat menerima kunjungan anggota DPRA di posko penanganan mahasiswa Aceh di China, di Banda Aceh, Kamis
Dia menjelaskan atas alasan itu Pemerintah Aceh membuka posko layanan informasi bagi masyarakat terkait dengan anggota keluarganya yang berada di China, termasuk yang selain mahasiswa.
Pihaknya juga terus berkoodinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh dan instansi terkait lainnya menyangkut informasi warga Aceh yang menetap dan bekerja di Tiongkok tersebut.
"Tapi nanti kalau ada laporan sama juga kita perlakukan (seperti mahasiswa, red.), tidak ada beda-beda, sama-sama warga negara Indoensia asal Aceh," katanya.
Baca juga: Pemprov upayakan pemulangan 8 mahasiswa Aceh di luar Kota Wuhan
Anggota DPRA Teuku Irwan Djohan mengatakan sejauh ini dirinya juga belum menerima informasi terkait dengan warga Aceh yang bekerja dan menetap di China selain mahasiswa.
Selama ini dirinya berkomunikasi secara intensif dengan beberapa mahasiswa.
"Sejauh ini yang komunikasi dengan saya adalah mahasiswa. Begitu juga saya apresiasi Dinas Sosial Aceh membuka posko agar apapun pengaduan terkait informasi warga Aceh ada di China langsung menyampaikan ke posko ini," katanya.
Hingga saat ini, tercatat 21 mahasiswa Aceh berada di China, 13 orang diantaranya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China yang telah diberlakukan kebijakan isolasi akibat penyebaran virus corona, sedangkan delapan lainnya di sejumlah kota di China.
Baca juga: Mahasiswa Aceh di Wuhan masih bertahan di kamar
Baca juga: Pemerintah Aceh imbau mahasiswa di China tidak resah
Baca juga: Pemerintah Aceh kirim lagi Rp50 juta untuk mahasiswa di Wuhan
Pewarta: Khalis Surry
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020