(ANTARA News) - Suatu pantai ber-AC akan dibuat di Dubai sehingga para tamu hotel dapat dengan nyaman berjalan-jalan di atas pasir meskipun hari sedang panas terik.

Situs berita The Australian menyebutkan pantai itu akan berada di sebelah Palazzo Versace Hotel di Dubai. Suhu musim panas di kota itu rata-rata 40 derajat Celcius bahkan bisa mencapai 50 derajat Celcius.

Di bawah pasir pantai ber-AC itu, akan ada jaringan pipa pendingin yang akan menyerap panas permukaan.Kolam renang akan didinginkan dan ada juga usulan untuk memasang kipas raksasa untuk menghasilkan angin sejuk hawa pantai.

Rencana itu mendapat kecaman dari para aktivis lingkungan hidup. Namun, Soheil Abedian, pendiri dan presiden Palazzo Versace, mengatakan bukan mustahil untuk merancang suatu pantai ber-AC yang sifatnya berkelanjutan.

"Udara akan disedot dari pasir sehingga orang bisa berbaring dengan nyaman," katanya. "Ini kemewahan yang diinginkan orang-orang top."

Perusahaan Abedian mulai berasosiasi dengan Versace satu dasawarsa lalu dengan ide pertama membuat jaringan resor mewah.

Palazzo Versace pertama beroperasi di Australia Gold Coast dan Dubai akan menjadi lokasi kedua setelah hotel itu diresmikan awal tahun 2010.

Hotel 10-lantai itu akan memiliki 213 kamar, beberapa di antaranya memiliki kolam renang pribadi, ditambah 169 apartemen. Lebih dari 15 hotel sejenis sudah masuk dalam rencana.

Dubai merupakan kota pertama yang punya hotel berbintang tujuh, Burj Al Arab. Pesaing Versace yaitu Armani, sedang membuat hotel sejenis.

Pantai ber-AC itu bertujuan membuat Versace terdepan dalam dalam menampilkan gaya hidup mewah. Sistem tersebut akan dikendalikan termostat yang terhubung ke komputer.

Rencana Versace itu telah mengejutkan aktivis lingkungan hidup. Rachel Nobel dari LSM "Tourism Concern", yang mengkampanyekan wisata berkelanjutan, mengemukakan karbon yang dihasilkan proyek seperti itu akan berdampak pada perubahan iklim dan orang miskin-lah yang akan merasakan dampak buruknya.

"Dubai seperti dunia dalam gelembung di mana hal-hal yang merisaukan seluruh dunia, seperti perubahan iklim, cukup diabaikan agar orang dapat meneruskan gaya hidupnya yang merusak ," kata Nobel. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008