London (ANTARA News) � Enam ulama dari beberapa pondok pesantren di Indonesia mengunjungi Inggris terkait program pertukaran Imam (Imam Exchange Program) yang merupakan salah satu rekomendasi Indonesia-UK Islamic Advisory Group.
Sekretaris Dua Pensosbud KBRI London Novan Ivanhoe Saleh kepada koresponden Antara di London Rabu mengatakan, selama di Inggris enam pengurus pondok pesantren itu bertemu dengan tokoh-tokoh institusi Islam di Inggris.
Menurut Novan, para imam dari Indonesia itu mengadakan kunjungan ke beberapa sekolah dan institusi Islam di kerajaan Inggeris diantaranya di Leicester, dan menghadiri dialog di Karimia Institute di Nottingham serta mengikuti Interfaith Conference yang diadakan di Birmingham.
Menurut Novan Ivanhoe Saleh, pengurus pondok pesantren, akan berkunjung ke kementerian Luar Negeri Inggeris (Foreign and Commonwealth Office) di London yang difasilitasi oleh KBRI London.
Keenam pengurus pesantren itu adalah Jazilus Sakhok dari Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Hilmy Muhammad dari Pondok Ali Maksum, dan Muhammad Kholid Arif Rozaq dari Pondok Pesantren Al Muayyad, Surakarta.
Kemudian Subegjo Puji Waluyo dari Pesantren Nurul Ummah, Arkanudin Budiyanto dari Moderen Islam As Salaam, Surakarta, dan Drs. Muhammad Saiffudin Hadi dari Madrasah Mu�allimin Muhammadiyah, Yogyakarta.
Beberapa waktu sebelumnya, sejumlah imam Ingris juga telah mengunjungi Indonesia di antaranya Dr Musharaf Hussain, Direktur Karimia Institute, Nottingham dan Ketua the Christian Muslim Forum Hafiz Asim, yang juga imam senior di Leeds Makkah Masjid, dan Shouaib Ahmed, lulusan studi Islam di Makkah yang aktif mengisi acara di Islam Channel.
Para pengurus pondok pesantren itu mengadakan dialog dengan anggota dan pengurus dari Saint Philip Centre, suatu organisasi kumpulan berbagai agama di Leicester yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman antara umat beragama.
Pembentukan Indonesia � United Kingdom Islamic Advisory Group tersebut merupakan implementasi dari hasil kunjungan Perdana Menteri Inggris Tony Blair ke Indonesia pada Maret 2007.
Pertemuan-pertemuan IAG berupaya merumuskan rekomendasi kepada kedua pemerintah untuk mencapai tiga tujuan yaitu mencegah ekstrimisme keagamaan, mempromosikan Islam sebagai agama damai, welas asih dan toleran, serta untuk mengkampanyekan saling pengertian antara Islam dan Barat.
Dalam pertemuan terakhir tanggal 31 Januari 2007, IAG telah menyerahkan preliminary recommendations kepada kedua Menteri Luar Negeri untuk dapat ditindaklanjuti secara kongkrit.
Pokok-pokok dari rekomendasi antara lain perlunya dilakukan pertukaran Imam dan ilmuan keagamaan kedua negara, penterjemahan bahan literature Indonesia ke bahasa Inggris yang berhubungan dengan masalah keagamaan dan demokrasi, program twinning antar sekolah-sekolah agama, dan pertukaran pemuda.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008