Jakarta, (ANTARA News) - Para analis saham di pasar modal Indonesia diminta selalu cermat dan jangan gegabah dalam memberikan rekomendasi kepada investor. Rekomendasi para analis seringkali dijadikan dasar (guidance) dalam keputusan investasi investor.

"Asumsi-asumsi harga saham yang diekspektasikan oleh analis, akan dijadikan semacam dasar bagi investor untuk menentukan investasi dan bertransaksi di saham. Kami meminta agar analis tidak gegabah dalam memberikan asumsi-asumsi dasar harga saham,"kata Direktur Pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI), Eddy Sugito di Jakarta Rabu.

Eddy mengatakan para analis seharusnya memperhatikan investor, sehingga rekomendasi yang diberikannya tidak gegabah. "Kalau rekomendasinya gegabah, maka yang menjadi korban adalah investor,"ujarnya.

Dia mencontohkan, harga saham diprediksikan akan bergerak hingga level Rp 12.000 per saham, dari harga Rp 7.000. Ketika harga jatuh, analis juga menyatakan harga bisa lebih rendah lagi. "Jadi jangan asal memberikan asumsi," tuturnya.

Dia juga meminta agar para analis lebih memerhatikan investor terkait dengan ekspektasi harga suatu saham. Hal itu dirasakan perlu agar investor tidak mudah terpancing dalam mengoleksi saham.

Eddy menambahkan krisis finansial global masih akan menghadang di tahun 2009. Itu sebagai akibat kasus kredit macet perumahan berisiko tinggi (subprime mortgage). "Krisis masih ada di depan mata," katanya.

Meski begitu Eddy mengatakan, bukan berarti investor untuk tidak mengoleksi saham dengan fundamental bagus. Justru saat harga-harga rendah merupakan momentum bagi investor untuk membeli saham-saham tersebut.

Di lain pihak, Chairman Indo Consult, Bambang Subianto mengatakan, dalam memilih saham yang perlu diperhatikan ada dua sisi. Yaitu, sisi harga saham atau perusahaan dan sisi nilai saham atau perusahaan. "Kedua-duanya tidak bisa dipisahkan dalam menentukan saham," tuturnya.

Karena itu katanya dalam membeli saham maka perlu integrasi antara sisi harga dan nilai saham. "Kalau kita melihat hanya harga saham, tapi tidak melihat fundamental nilai maka kita bisa terjerumus," tuturnya.(*)


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008