Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN memproyeksikan laba bersih seluruh BUMN pada akhir tahun 2008 mencapai sekitar Rp81,2 triliun, melonjak dibandingkan prognosa laba bersih 2007 sekitar Rp71,59 triliun.

"Tahun ini (2008) laba setelah dikurangi pajak akan berkisar Rp80 triliun hingga Rp85 triliun," kata Sekretaris Menneg BUMN Said Didu, usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR-RI, di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis dinihari.

Said menjelaskan, peningkatan laba bersih didorong membaiknya kinerja keuangan perusahaan, yang antara lain akibat membaiknya harga komoditi sepanjang tengah tahun pertama 2008.

Harga komoditi melonjak utamanya komoditi perkebunan, bahan tambang dan minyak bumi, meski belakangan kembali merosot.

Dari 138 BUMN, Pertamina menjadi penyumbang laba terbesar yang mencapai Rp27 triliun, disusul Telkom dengan laba Rp11 triliun.

Selanjutnya BUMN pengkontribusi terbesar laba perusahaan-perusahaan "plat merah" adalah Bank Mandiri dan BRI yang masing-masing berkisar Rp5 triliun.

Namun demikian diutarakan Said, sejumlah BUMN masih membukukan rugi bersih.

Saya tidak tahu jumlahnya, tetapi seperti Merpati masih mencatat rugi, meskipun arus kas perusahaan sudah mulai positif.

"Selain itu kerugian juga masih diderita PLN. Tetapi secara umum jumlah BUMN rugi sudah berkurang," katanya.

Ia menambahkan, kinerja BUMN dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan, sehingga bisa dikatakan stigma bahwa BUMN selalu rugi dan tidak memberikan kontribusi signifikan kepada negara mulai hilang.

"Asumsi negatif terhadap BUMN memang masih ada, namun stigma tersebut tidak sepenuhnya benar," kata Said.

Ia menjelaskan, jika pada 2004 laba bersih baru mencapai Rp42,14 triliun, pada 2007 (prognosa) mencapai Rp71,59 triliun dan tahun 2008 diproyeksikan Rp81 triliun.

"Peningkatan kinerja dan kontribusi harus terus ditingkatkan agar peran BUMN dalam upaya pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan makin tinggi," katanya.

Sesuai RKAP 2008, jumlah BUMN rugi tinggal 11 perusahaan dengan kerugian mencapai Rp0,23 triliun.

Selain Merpati, perusahaan lainnya yang diperkirakan menderita kerugian tahun 2008 antara lain PT Pelni, PT Kereta Api, Reasuransi Umum Indonesia, Inhutani V.

Selanjutnya Perum Produksi Film Nasional, T Industri Sandang, PT Primissima, PT Survei Udara Penas, PT Boma Bisma Indra, dan PT Kertas Kraft Aceh. (*)

Copyright © ANTARA 2008