Lebak (ANTARA News) - Warga Kabupaten Lebak, penerima program konversi minyak tanah ke kompor gas kebingungan pasalnya pasokan elpiji isi 3 Kg dan 12 Kg hingga kini masih langka.
"Saya sudah kemana-mana mencari tabung gas isi 3 Kg, namun di pengecer kosong," kata Ny Sudiah (35) seorang ibu rumah tangga warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Selasa.
Sudiah mengatakan, adanya kelangkaan elpiji tentu dirinya merasa panik, karena bahan bakar minyak tanah juga saat ini tidak ada di pengecer.
Selain itu, saat ini harga gas tabung isi 3 Kg mencapai Rp25 ribu, padahal normalnya hanya Rp18 ribu per tabung.
Sedangkan gas elpiji tabung 12 Kg dari Rp80 ribu naik menjadi Rp110 ribu.
Meskipun terjadi kenaikan bahan bakar gas elpiji itu, namun sulit untuk diperolehnya di pasaran.
"Kami sejak dua hari terakhir ini terpaksa memasak menggunakan kayu bakar," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, semestinya diluncurkannya program konversi tentu pemerintah harus bisa menjamin ketersedian pengisian tabung gas.
Akan tetapi, kenyataanya warga merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar gas tersebut.
Oleh karena itu, pihaknya mendesak pemerintah segera memenuhi kebutuhan ketersedian gas tabung sehingga masyarakat tidak merasa kebingungan.
Menurut dia, dari awalnya saja sudah sulit gas elpiji, bagaimana rakyat mau sejahtera jika masih direpotkan dengan kelangkaan gas itu.
"Saya berharap pasokan gas elpiji berjalan lancar,` ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini sebagian besar warga sudah menggunakan tabung dan kompor gas bantuan program konversi, sehingga diharapkan pasokan isi tabung gas dapat terpenuhi.
Begitu pula Ny Ida (42) ibu rumah tangga lainya di Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, mengeluhkan kelangkaan gas elpiji sehingga dirinya terpaksa memakai kayu bakar untuk keperluan sehari-hari.
"Saya merasa bingung ketika kompor biasa untuk mendapatkan minyak tanah harus antre dan kini setelah beralih ke kompor gas juga sulit diperolehnya," keluhnya.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008