Medan, (ANTARA News) - Sejumlah penumpang mulai menurunkan sepihak tarif angkutan kota (Angkot) di Medan setelah pemerintah menurunkan harga BBM.

Para penumpang mengaku kesal dengan awak dan pemilik Angkot yang belum menurunkan tarif meski harga premium telah diturunkan menjadi Rp5.000 per liter dan solar Rp4.800 per liter.

"Saya mulai hari ini sengaja kasih ongkos kepada supir angkot dengan tarif lama Rp2.500, tarif sebelumnya Rp3.000," ujar Lela, (47) penduduk Perumnas Mandala, Medan, Selasa.

Kendati langkah yang dilakukan dirinya itu mendapat tentangan dari supir angkot, namun menurut dia hal itu tidak menjadi masalah karena ia menilai para pemilik angkutan dan supir angkot tidak fair.

"Memang supirnya tidak senang tadi saya bayar ongkos dengan tarif lama, tapi mau bagaimana lagi. Karena dalam bulan ini saja harga premium sudah turun sebangyak dua kali, tetapi tariff angkot belum juga turun," ujarnya.

Di tempat terpisah Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK), Fariud Wajdi, menilai, langkah sepihak yang diambil oleh sejumlah konsumen pengguna jasa angkutan bisa menimbulkan konflik dengan supir angkutan.

"Namun hal itu bisa dimaklumi karena para pemilik angkutan di Sumut dinilai kurang peka terhadap kondisi masyarakat, terutama hingga kini belum ada kebijakan untuk menurunkan tarif angkutan setelah harga BBM turun," kata Fariud.

"Setelah penurunan kembali harga BBM, maka tidak ada alasan lagi bagi pengelola dan pengusaha transportasi harus segera merevisi penurunan tarif yang berlaku selama ini," tegasnya.

Sementara itu Sekretaris Organda Sumut, Khairil Siregar, mengatakan, tarif angkutan di Sumut kemungkinan besar tidak diturunkan karena penurunan harga BBM belum signifikan dan tidak diikuti dengan penurunan harga suku cadang dan barang-barang kebutuhan transportasi. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008