Jakarta,  (ANTARA News )- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa pagi merosot karena pelaku pasar masih membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhannya menjelang liburan panjang akhir tahun ini, namun penurunan itu tidak begitu besar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 20 poin menjadi Rp11.045/11.100 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp11.025/11.085 per dolar AS.

Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Selasa mengatakan, faktor utama tertekannya rupiah karena faktor eksternal yang masih menekan pasar global sehingga berimbas ke pasar uang domestik khususnya rupiah.

Faktor eksternal itu belum disetujuinya dana talangan AS untuk membantu sektor otomotif oleh senat, yang mendorong pelaku pasar lokal maupun asing membeli dolar AS, katanya.

Menurut dia, pemerintah AS menyediakan dana talangan untuk membantu likuiditas sektor perbankan dan otomotif sebesar 700 miliar dolar AS. Untuk sektor perbankan pemerintah AS telah memberikan dana talangan kepada Citi Bank, sedangkan untuk tiga otomotif seperti GM sampai saat ini masih belum terealisir.

"Kami optimis apabila pemerintah AS kembali menyalurkan dana talangan itu maka likuiditas pasar global akan semakin baik," ucapnya.

Di pasar domestik, lanjut dia pemerintah berusaha menjaga stabilitas rupiah dengan mencari dana bantuan dari luar negeri seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Bank Perancis agar mata uang lokal itu tidak terpuruk hingga di atas angka Rp12.000 per dolar AS.

Selain itu juga pemerintah telah menurunkan harga premium dan solar masing-masing sebesar Rp500 per liter yang diharapkan akan bisa memberikan insentif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, katanya.

Upaya pemerintah, menurut dia terhalang oleh kebutuhan yang besar pelaku pasar terhadap dolar AS, sehingga sampai saat ini belum menunjukkan respon positif terhadap rupiah.

Rupiah diperkirakan akan kembali menguat pada awal Januari nanti, setelah kebutuhan dolar AS oleh korporate maupun individu mulai berkurang, ucapnya.

Faktor lainnya, dengan bertambahnya cadangan devisa BI sebesar dua miliar dolar AS memperkuat dukungan terhadap pasar uang, tuturnya.

Pemerintah harus terus memperbaiki regulasi-regulasi untuk dapat menarik investor asing masuk kembali ke pasar dan menempatkan dananya baik di Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi pemerintah, meski untuk saat ini kemungkinan mereka masih menahan diri.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008