New York (ANTARA News) - Harga minyak mentah berjangka melambung di atas 50 dolar AS per barel, namun kemudian turun kembali pada Senin waktu setempat, karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan penurunan produksi OPEC pekan ini dan berlanjutnya gejolak ekonomi.
Di New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari berakhir pada 44,51 dolar AS per barel, turun 1,77 dolar AS dari harga penutupan Jumat.
Semula harga minyak melambung menjadi 50,05 dolar AS per barel, merupakan level tertinggi sejak 1 Desember.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari terangkat ke level tertinggi 49,96 dolar AS per barel, yang juga puncak tertinggi dalam dua pekan terakhir, namun kembali melemah menjadi mantap 44,60 dolar AS per barel atau turun 1,81 dolar AS.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan menggelar pertemuan Rabu, di Oran, Aljazair, dan diperkirakan akan memangkas produksinya lagi untuk mengangkat harga minyak yang tertekan turun oleh memuncaknya kekhawatiran ekonomi global.
Sekretaris Jenderal OPEC Abdalla Salem El-Badri mengatakan kepada para reporter setibanya di Oran pada Senin, bahwa ia kemungkinan akan mempertimbangkan "sebuah penurunan sangat besar" dalam produksi minyak mentah, menambahkan bahwa "pasar
kelebihan pasokan minyak."
"Pagi ini mereka (harga) didasarkan pada banyak pengumuman oleh OPEC mengindikasikan sebuah pengurangan produksi yang substansial pada Rabu," kata Andy Lipow dari Lipow Oil Associates.
"Namun kejujuran setelah itu, orang terus melihat dari sisi penyamaan permintaan," kata dia. "Sisi permintaan dan situasi ekonomi seluruh dunia terus menekan harga minyak turun."
Harga minyak telah merosot sekitar dua pertiga nilanya sejak mencapai rekor harga tertinggi di atas 147 dolar AS lima bulan lalu, karena resesi di banyak negara maju.
Beberapa pakar juga mempertanyakan apakah anggota OPEC akan taat untuk menurunkan produksi minyak mereka.
"Dan kemudian tentu saja pasar memperoleh semua kegamangan tentang propopasal pemotongan ini, pertanyaan besar hari ini apakah disana akan terpenuhi," kata Phil Flynn dari Alaron Trading Corporation.
Pasar minyak juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa Gedung Putih akan memberikan beberapa pertolongan terhadap sektor otomotif AS yang sedang kesulitan, kata para dealer.
Victor Shum, analis dari konsultan energi Purvin and Gertz, mengatakan "naiknya kembali harga minyak karena di sana ada ekspektasi bahwa otomotif AS akan diselamatkan oleh Gedung Putih."
Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis lalu mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan minyak global akan turun tahun ini untuk pertama kalinya sejak 1983, demikian AFP.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008