Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya mengatakan pihaknya telah mengetahui siklus kebutuhan valuta asing seperti pembayaran utang luar negeri sehingga pihaknya bisa mengantispasi agar rupiah tetap terkendali. "Insyaallah sehari-hari kita juga mengetahui siklus kebiasaan para pihak yang membutuhkan valas, kita juga melihat ada permintaan yang genuin, tetapi pencermatan pasar BI kan memang butuh lengkap, makanya kita menjaga betul supaya rupiah tidak berfluktuasi tanpa kendali," katanya di Jakarta, Senin. Menurut dia, pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini terutama akibat imbas dari permasalahan keuangan global. "Ada beberapa curency (mata uang) di regional hampir di semua curency di regional mengalami depresiasi, rupiah tidak sendiri, rupiah tidak dibawah, dia ditengah, sama dengan karakter yang dihadapi oleh curency di regional, ini tema global," katanya. Menurut dia, pihaknya saat ini terus mencermati rupiah dan selalu siap berada di pasar. Anggota Komisi XI DPR RI, Dardjad H Wibowo menambahkan untuk memperkuat rupiah sebaiknya dilakukan pemupukan cadangan devisa terutama dari neraca berjalan yaitu dari ekspor dikurangi impor. "Kalau mengharapakan dari capital account (neraca modal) tidak bisa, sebab mereka yang masuk kesini melalui modal masuk dengan cepat dan keluarpun cepat, mungkin yang lama melalui FDI (foreign direct investment)," katanya. Untuk itu maka sebaiknya pemerintah mulai memperbaiki kinerja ekspor dan mereposisi impor sehingga komposisi impor menjadi rendah. Ia menambahkan, penguatan rupiah saat-saat sekarang ini dan mendatang juga didukung oleh ekspektasi penguatan dolar menurut dia akan melemah sebab The Fed berencana untuk memangkas kembali suku bunganya. Selain itu menurut dia, gejolak nilai tukar rupiah harusnya semakin mereda karena unsur spekulatif saat ini telah ditekan dan banyak yang telah keluar.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008