Jakarta (ANTARA News) - Ketersediaan elpiji pada Januari 2009 terancam mengalami kelangkaan menyusul belum adanya kepastian PT Pertamina (Persero) untuk mendapat tambahan pasokan.
Deputi Direktur Pemasaran Pertamina Hanung Budya di Jakarta, Senin, mengatakan saat ini stok elpiji yang ada hanya mencukupi kebutuhan konsumsi selama 17 hari ke depan.
"Kami sedang cari tambahan impor elpiji. Berapa pun elpiji yang ada di pasar, kalau harganya cocok, kami akan ambil," katanya.
Menurut dia, saat ini, stok elpiji secara nasional hanya 132.000 ton atau hanya mampu memenuhi kebutuhan 17 hari ke depan dengan tingkat konsumsi 7.500 ton per hari. Dengan demikian, stok elpiji akan habis pada awal bulan depan.
Hanung mengatakan untuk memenuhi kebutuhan tahun depan, sebenarnya Pertamina memiliki komitmen kontrak impor berjangka panjang sebesar satu juta ton per tahun selama 10 tahun.
Pertamina telah menetapkan perusahaan perdagangan elpiji yang berbasis di Kepulauan Bermuda, Petredec Limited sebagai pemenang tender impor elpiji tersebut.
Petredec menang tender setelah mengalahkan 15 perusahaan peserta tender lainnya di antaranya Shell, BP, Petronas, A1, dan Saudi Aramco.
"Namun, pasokan impor dari Petredec baru masuk Januari 2009. Jadi, kami sekarang sedang berupaya mengamankan kebutuhan Januari depan," kata Hanung.
Tahap awal, Petredec akan memasok sebanyak 800.000 ton per tahun dan selanjutnya meningkat menjadi satu juta hingga 1,5 juta ton per tahun.
Sejak program konversi berjalan, konsumsi elpiji naik lebih dari enam kali lipat dari sebelumnya hanya sekitar 1.000 ton menjadi 7.500 ton per hari.
Pada tahun 2009, konsumsi elpiji diperkirakan mencapai 3-3,3 juta ton atau naik dari posisi tahun ini yang diperkirakan 2,2 juta ton.
Saat ini, pasokan elpiji berasal dari Pertamina sendiri satu juta ton, kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) 750.000 ton, dan sisanya impor. (*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008