Surabaya (ANTARA News) - Organisasi Angkutan Daerah (Organda) Kota Surabaya menolak penurunan tarif angkutan umum pascapenurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tahap dua kali ini.

Ketua Organda Surabaya, Wastomi Suhari, di Surabaya, Senin, mengatakan pihaknya pesimis jika penurunan harga BBM dibarengi dengan turunnya tarif angkutan bisa meningkatkan penghasilan bagi para sopir angkutan umum.

"Harga BBM turun, tapi suku cadang naik terus, kan sama saja, tidak dapat hasil," katanya.

Menurut dia, penolakan tersebut juga disampaikan oleh sejumlah Kelompok Kerja Unit (KKU) angkutan umum. Pasalnya penurunan harga BBM, solar dari Rp5.500,00 menjadi Rp4.800,00 dan bensin dari Rp5.500,00 menjadi Rp5.000,00 hanya berpengaruh kecil terhadap peningkatan pendapatan para sopir angkutan.

"Penurunan harga BBM masih belum bisa mengurangi biaya operasional kendaraan," katanya menambahkan.

Selama ini komponen BBM yang dipakai kendaraan angkutan umum, kata dia, hanya menyumbang 6 hingga 15 persen dari biaya operasional angkutan.

Jumlah ini, kata dia, lebih kecil dibanding dengan harga suku cadang kendaraan yang kini harganya masih melambung tinggi. "Bahkan harganya cenderung tinggi," katanya.

Dia mengatakan jumlah angkutan umum perkotaan yang beroperasi di Surabaya saat ini mencapai 5.400 kendaraan. Adapun bus mencapai 300 kendaraan dan 6.250 kendaraan.

Dari jumlah ini, Wastomi memperkirakan hanya 70 persen dari kendaraan itu yang aktif beroperasi tiap harinya.

Namun, kata dia, pihaknyanya masih menunggu rapat koordinasi lebih lanjut bersama dengan Dinas Perhubungan (Dishub) dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai penurunan tarif angkutan tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008