"Matematika harus dikenalkan dengan cara yang menyenangkan sejak dini, karena mereka akan bertemu dengan pelajaran matematika hingga ke jenjang perkuliahan dan juga dipakai di kehidupan sehari-hari," ujar Suzuki di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, jika anak sudah antipati dengan matematika maka akan sulit bagi anak untuk mempelajarinya ke depannya. Pelajaran matematika bukanlah pelajaran yang sulit, jika anak mengetahui konsep matematika.
Baca juga: Kemampuan literasi rendah sebabkan anak sulit pahami soal matematika
"Kita harus menghargai proses pembelajaran anak. Tidak masalah jawabannya yang salah, yang penting anak memahami logikanya. Nanti baru kemudian dijelaskan lebih lanjut," jelas dia.
Suzuki memberi contoh anak kelas empat SD belajar mengenai kelipatan persekutuan kecil (KPK) dan faktor persekutuan besar (FPB). Anak tersebut harus dianalisa terlebih dahulu sebelum belajar KPK dan FPB. Anak harus paham dulu pembagian dan perkalian.
"Kunci dari pembelajaran matematika yang menyenangkan itu, harus disesuaikan dengan kemampuan anak. Masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda pula," kata Suzuki yang menjabat sebagai Direktur Benesse Indonesia itu.
Baca juga: 617 juta anak-remaja dunia berkemampuan baca-matematika rendah
Kalau mempelajari matematika hanya dari soal-soal, akan membuat anak bosan. Akibatnya ketika SMP dan SMA, anak enggan belajar matematika. Oleh karena itu, anak harus suka dengan matematika sejak kecil
"Anak bisa memahami konsep matematika sembari main, tidak melalui soal-soal," cetus dia.
Sebelumnya, Benesse Indonesia yang menaungi bimbel matematika Shinkenjuku menyelenggarakan “The 3rd Shinkenjuku Math Championship” pada 18 dan 26 Januari 2020, yang mengusung soal-soal kemampuan berpikir tingkat tinggi. Ajang tersebut diikuti peserta Shinkenjuku dari berbagai daerah di Tanah Air.
Baca juga: Mendikbud: kemampuan matematika dan membaca anak lemah
Pewarta: Indriani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020