"Kalau menggunakan acuan biaya pokok BBM, maka harga premium dan solar masih bisa turun ke level Rp4500 per liter," katanya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, biaya pokok BBM bisa ditekan karena adanya faktor kewajiban pasok ke dalam negeri (domestic market obligation/DMO) dan PT Pertamina (Persero) yang berskala besar dan terintegrasi.
Pemerintah mulai Senin pukul 00.00 WIB menurunkan harga premium dari Rp5.500 menjadi Rp5.000 per liter dan solar bersubsidi dari Rp5.500 menjadi Rp4.800 per liter.
Pemerintah berharap melalui penurunan harga BBM ini akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat khususnya dalam menghadapi situasi krisis global yang diperkirakan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional tahun 2009.
Pada 1 Desember pemerintah menurunkan harga premium dari Rp6.000 menjadi
Rp5.500 per liter.
Kurtubi mengatakan, penurunan harga BBM meski kurang signifikan, akan mampu mendorong perekonomian dalam negeri dengan mendorong sektor riil dan meningkatkan daya beli masyarakat.
"Subsidi BBM yang akan timbul harus dilihat sebagai biaya untuk stimulasi ekonomi menghadapi resesi global. Toh, negara lain juga mengeluarkan biaya stimulasi ekonomi," katanya.
Stimulasi ekonomi dengan menurunkan harga BBM akan secara langsung mendorong ekonomi dan dampaknya langsung ke masyarakat.
"Berbeda dengan stimulasi lewat proyek-proyek infrastruktur, yang dampaknya butuh waktu lama," ujarnya.
Sementara itu anggota Komisi VII DPR Alvin Lie berpendapat harga premium masih bisa diturunkan menjadi Rp4.000 dan solar menjadi Rp3.500 per liter.
"Saya yakin pemerintah masih bisa turunkan lagi premium jadi Rp4.000 dan solar Rp3.500 per liter," katanya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008