Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta, pada Senin pagi turun tajam di atas Rp11.000, karena kebutuhan dolar AS oleh pelaku pasar sangat besar untuk membayar utang yang sudah jatuh tempo.
Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp11.110/11.210 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp11.000/11.090 atau melemah 110 poin.
Direktur Utama PT Financorpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Senin pagi mengatakan pelaku pasar memburu dolar AS karena upaya pemerintah AS membantu industri otomotifnya masih belum pasti.
"Senat AS belum memberikan persetujuan untuk membantu sektor industri otomotif sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa krisis keuangan di AS akan bisa berlangsung lebih lama," katanya.
Menurut dia, permintaan dolar AS di pasar domestik cukup besar, baik individu maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membutuhkan dolar AS untuk memenuhi kebutuhannya. BUMN misalnya harus membayar hutang yang sudah jatuh tempo sehingga permintaan dolar AS meningkat tajam.
Ia mengatakan, Bank Indonesia (BI) harus melakukan kerjasama dengan bank sentral asing untuk dapat memasok dolar ke pasar lebih banyak, karena tanpa kerjasama itu BI akan kerepotan untuk mengatasi permintaan yang cenderung meningkat.
Selain itu BI harus tetap memantau kegiatan pasar, terutama terhadap bank-bank asing yang bermain valas agar dapat dibatasi kebutuhan dolarnya. katanya.
Indonesia, menurut dia seharusnya dapat menahan gejolak pergerakan rupiah kalau melihat kinerja ekonominya yang sangat bagus, meski pertumbuhan ekonominya pada tahun depan diperkirakan akan menurun.
Namun, penurunan rupiah itu juga dampak dari melemahnya mata uang utama Asia terhadap dolar AS, katanya.
Rupiah sebelumnya sempat melemah mencapai angka Rp12.300 per dolar AS, namun isu positif dengan dikeluarkannya dana talangan sebesar 700 miliar dolar AS, mendukung rupiah menguat tajam.
Isu positif tidak berlangsung lama, karena rupiah kemudian kembali melemah yang selama dua pekan lalu berlangsung antara Rp10.550/11.000 per dolar.
Rupiah diperkirakan akan tetap berada pada posisi antara Rp11.500 sampai Rp12.000 per dolar AS, karena tekanan pasar kemungkinan akan semakin besar. (*)
Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008