Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai telah terjadi distorsi makna atas gagasan yang sebenarnya tentang perlunya koalisi strategis partai-partai Islam menjelang Pemilu 2009.
Din di Jakarta, Minggu, mengatakan koalisi strategis bisa disebut sebagai poros tengah tetapi dengan makna berbeda dengan poros tengah 2004.
Koalisi strategis partai-partai Islam yang dimaksukan Din, tidak sekadar koalisi dalam menghadapi pemilihan presiden tetapi juga dalam menghadapi persoalan-persoalan strategis kebangsaan.
Din juga menilai partai-partai Islam atau yang berbasis massa Islam terkesan menyatakan diri berbeda satu sama lain padahal sama-sama mengaitkan diri dengan Islam.
"Sebagai akibatnya umat di lapis bawah bingung dan terpecah," katanya.
Kondisi ini tidak positif bagi citra politik Islam dan konsolidasi demokrasi Indonesia.
Gagasan koalisi strategis berjangka panjang adalah pola hubungan antara parta-partai Islam dan berbasis massa Islam tanpa harus melebur eksistensi mereka.
Masalah-masalah strategis, tidak hanya sekadar pemilihan presiden, yang berjangka pendek, juga perlu disikapi bersama secara strategis.
"Koalisi strategis ini merupakan realisasi ukhuwah Islamiyah dan silaturrahmi dalam kehidupan politik. Itu adalah ajaran Islam. Mereka yang mendasarkan diri kepada Islam perlu mengamalkannya," kata Din.
Koalisi strategis itu, katanya, untuk memudahkan komunikasi antar sesama, juga komunikasi dengan lingkaran-lingkaran politik lain dalam rangka membangun Simpul Lingkaran Kebangsaan Indonesia yang majemuk.
Koalisi Strategis juga untuk memudahkan pencairan dikotomi politik nasionalis melawan (versus) Islam, yang sudah tercipta sejak dulu dan masih ada dengan adanya partai-partai Islam dewasa ini.
"Kalau Poros Umat berhubungan dengan orang perorang, tetapi Koalisi Strategis berhubungan dengan bentuk komunikasi antar partai," kata Din.
Bila dikaitkan dengan Pilpres, maka Koalisi Strategis bertujuan untuk meningkatkan "political leverage" partai Islam agar tidak sekadar menjadi pelengkap penyerta seperti saat ini, karena partai-partai Islam masih berjalan sendiri-sendiri.
"Hanya partai yang tidak mau mengamalkan ajaran ukhuwah dan silaturrahim atau karena egoisme kepartaian yang akan menolak ajakan moral ini," demikian Din.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008