Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M Jusuf Kalla memerintahkan PT Pertamina untuk segera menyelesaikan pembangunan stasiun pengisian dan pengangkutan elpiji curah dalam waktu enam bulan untuk mengantisipasi kesulitan distribusi.
"Sehingga dalam waktu 3-4 bulan seluruh stasiun pengisian itu dipercepat semuanya dibangun," kata Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat meninjau empat lokasi pengisian dan pendistribusian gas elpiji di Jakarta Utara, Minggu.
Sebelumnya Wapres menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan gas LPG khususnya setelah konversi minyak tanah dibutuhkan setidaknya 200 stasiun pengisian gas elpiji di seluruh Indonesai.
Sementara PT Pertamina justru mentargetkan membangun 250 stasiun pengisian. Namun saat ini baru ada 53 stasiun pengisian sehingga tidak mampu memenuhi volume distribusi elpiji ke seluruh wilayah. PT Pertamina berjanji target pembangunan 108 stasiun selesai dalam 6 bulan.
Dalam kesempatan itu Wapres juga meminta PT Pertamina meningkatkan cadangan gas hingga 50 persen. Jika saat ini konsumsi LPG perbulan mencapai 400 ribu ton, tambah Wapres maka jumlah cadangan perbulan harus kurang lebih sama.
Padahal dalam hitungan gas LPGi pada puncaknya mencapai 5 juta ton pertahun. Saat ini konsumsi gas LPG baru sebanyak 1,8 juta ton pertahun.
"Jadi cadangannya, nanti 31 bulan," kata Wapres.
Sementara menyangkut persoalan kelangkaan gas elpiji beberapa hari ini, Wapres menjamin dalam waktu dua atau tiga hari kelangkaan gas elpiji, akibat terjadinya masalah di kedua kilang yakni Balongan dan Cilacap, sudah tidak terjadi lagi dan akan kembali dalam keadaan normal.
"Intinya adalah kalau salah satu ini sudah baik. Cilacap dan Indramayu (Balongan) baik, maka cadangan kita cukup. Apalagi kalau kedua-duanya segera baik, dalam dua hari ini Indramayu baik," kata Wapres.
Menurut Wapres, terjadinya kelangkaan gas elpiji, salah satunya akibat masalah teknis di tempat pengisian di Cilacap dan Indramayu (Balongan). Selain itu juga adanya percepatan penerimaan masyarakat atas program konversi minyak tanah ke gas elpiji.
"Tentu kita merasa bersyukur bahwa upaya pemerintah untuk mengkonversi minyak tanah ke elpiji itu sangat disambut positif oleh masyarakat dan pemerintah juga berusaha memperbaiki," kata Wapres.
Wapres mengakui bahwa percepatan tersebut sudah baik, dan pemerintah terus membangun infrastruktur, seperti tempat timbun, dan juga menyediakan trailer-trailer sampai dengan pengecer. Menurut Wapres, sebenarnya semua berjalan lancar. Namun karena adanya kerusakan teknis di Cilacap dan Indramayu secara bersamaan, kejadian itu menimbulkan kelangkaan.
Wapres mengatakan, jika terjadi kekurangan persediaan, yang terjadi biasanya orang yang tidak kurang ikut membeli supaya jangan tidak kekurangan. Karena itu Wapres telah memerintahkan PT Pertamina agar menyiapkan stok gas elpiji yang cukup.
"Nah ini sudah siap, tinggal percepatan pengisian. Mereka (Pertamina) kerja 24 jam. Pak Ari Soemarno (Dirut PT Pertamina) sudah menjanjikan sama saya akan menormalkan dua hari ini. Jadi kira-kira Senin atau Selasa normal," kata Wapres.
Wapres membantah adanya anggapan kelangkaan tersebut dan unsur kesengajaan.
Menurut Wapres yang terjadi benar-benar karena keterlambatan dalam pengisiannya saja.
Wapres menjelaskan saat ini di Indonesia baru ada 50 tempat pengisian gas elpiji, padahal yang diperlukan idealnya ada 200 tempat pengisian. Sementara saat ini program konversi minyak tanah ke gas elpiji baru berjalan 50 persen.
Selain itu Wapres juga meragukan jika gas elpiji isi tiga kg banyak diborong oleh kalanan menengah atas. Menurut wapres hal itu akan sulit terjadi.
"Saya tidak yakin, kenapa? Karena mereka pasti malu nenteng-nenteng gas tiga kilogram masuk rumah gedongan. Industri juga pasti nggak ada. Setengah jam sudah habis," kata Wapres.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008