Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengungkapkan, pemerintah segera membangun unit penyimpanan elpiji agar masalah kelangkaan elpiji tidak terjadi lagi di masa datang.
Saat meninjau depot elpiji Tanjung Priok, di Jakarta, Minggu, bersama Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Taufik Efendi dan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Jusuf menerangkan rangkaian produksi dan distribusi elpiji lebih panjang dibanding minyak tanah.
Ada enam tahap untuk sampai konsumen menikmati elpiji, yaitu proses produksi, pengapalan, pengiriman ke kilang elpiji, penyimpanan di kilang, kemudian pengiriman ke stasiun pengisian bahan bakar dan akhirnya dinikmati konsumen.
"Semua langkah ini kekuatannya harus sama. Ini yang kami sebut dilemma keberhasilan. Pada saat program (konversi minyak tanah ke gas) ini dijalankan, masih ada ketidakyakinan dari pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat," ujar Kalla.
Padahal, dalam perkembangan selanjutnya fakta berbicara lain di mana elpiji atau gas justru menjadi bahan bakar yang disukai masyarakat, selaian karena bersih, tapi juga lebih murah dibandingkan harga minyak tanah.
Wapres menguraikan, tersendatnya pasokan elpiji karena terlambat datangnya kapal-kapal pengangkut. Untuk itu, dalam dua sampai tiga hari mendatang, pemerintah berjanji tidak ada lagi kapal-kapal pengangkut yang terlambat.
Menurut Wapres, kelangkaan gas elpiji, juga terjadi karena masalah teknis di tempat pengisian di Cilacap dan Indramayu (Balongan) dan karena percepatan penerimaan masyarakat atas program konversi minyak tanah ke gas elpiji.
"Tentu kita merasa bersyukur bahwa upaya pemerintah mengonversi minyak tanah ke elpiji itu sangat disambut positif oleh masyarakat dan pemerintah juga berusaha memperbaiki," kata Wapres yang membantah anggapan kelangkaan gas elpiji karena disengaja.
Wapres lalu menjelaskan, saat ini di Indonesia baru ada 50 tempat pengisian gas elpiji, padahal idealnya mesti tersedia 200 tempat pengisian, sementara program konversi minyak tanah ke gas elpiji baru berjalan 50 persen.
Selain itu Wapres juga meragukan jika gas elpiji isi tiga kg banyak diborong oleh kalangan menengah atas. Menurut wapres hal itu akan sulit terjadi.
Sementara itu, Direktur utama Pertamina Ari Soemarno menilai kelangkaan elpiji terjadi karena tidak optimalnya operasional kilang, gangguan cuaca dan kenaikan permintaan menjelang Idul Adha.
Untuk alasan pertama karena ada dua kilang besar Pertamina, yaitu Balongan dan Cilacap sedang dalam perawatan karena ada gangguan sehingga pasokan elpiji ke beberapa daerah tersendat, sedangkan gangguan cuaca telah membuat kapal-kapal pengangkut elpiji tidak bisa merapat ke pelabuhan.
Wapres semula akan meninjau kilang Balongan, namun gagal karena Presiden memanggilnya untuk Rapat Terbatas di Istana Kepresidenan pukul 15.00 WIB membahas masalah kelangkaan elpiji. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008