Tunis (ANTARA News/Reuters) - Bekas pemimpin organisasi Islam garis keras Tunisia yang dilarang dan telah menghabiskan 18 bulan di penjara, dipenjarakan lagi Sabtu karena berusaha menghidupkan kembali gerakannya, demikian pengacara dan sumber resmi pemerintah, Minggu.
Sadok Chourou telah dibebaskan awal November setelah pemerintah memaafkan 21 anggota gerakan An Nahdha demi menghormati 21 tahun Presiden Zine al Abidine Ben Ali berkuasa.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan Chourou ditangkap kembali pada 3 Desember.
"Penyelidikan menunjukkan bahwa tertuduh telah menghidupkan kembali kegiatan organisasi yang dilarang itu dan meningkatkan kontak dengan anggotanya," sumber resmi tersebut melanjutkan.
Chourou membantah tuduhan menghidupkan kembali kegiatan kelompok itu tetapi ia tetap dikenai hukuman satu tahun penjara oleh sebuah pengadilan di Tunis, ibukota Tunisia.
"Ini putusan berat yang diberikan tanpa bukti," kata pengacaranya Samir Ben Amor.
An Nahdha dibentuk pada awal 1980-an dan ratusan anggotanya telah dipenjarakan dalam beberapa dasawarsa berikutnya, sementara Chourou (61) yang pada 1990-an dituduh berupaya menjatuhkan pemerintah negara Afrika utara itu, menjadi anggota satu kelompok pelaku teror.
Pemerintah mengakui delapan partai oposisi tapi An Nahdha tetap dilarang sehingga banyak anggotanya mengasingkan diri di Eropa.
Kelompok prodemokrasi menuduh pemerintah Tunisia mengekang kebebasan berbicara dan memenjarakan lawan politik tanpa bukti, sedangkan pemerintah Tunisia mengaku telah mengikatkan diri dengan kolitik yang lebih terbuka dan bersikeras pengadilan hanya memenjarakan penjahat yang terbukti bersalah melalui proses pengadilan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008