Jakarta (Antara News) - Berguru tinju di negri Kuba, Amerika Latin, banyak memberikan manfaat bagi pelatih dan petinju Indonesia maupun negara Asia lainnya.

Hal ini dikemukakan pelatih tinju nasional Wiem Gomies dalam percakapan khusus dengan Antara di Jakarta, Sabtu.

Peraih medali emas Asian Games Bangkok tahun 1970 dan juara Asia serta SEA Games itu mengatakan, pilihan PB Pertina mengirim atlet dan pelatih tinju ke Kuba sangat tepat.

Tinggal bagaimana atlet kita belajar mencari pengalaman dan berlatih keras, baik selama menjelang latihan di sasana tinju yang menyebar di Kuba, maupun sekembali ke tanah air dan aktif mengikuti berbagai kejuaraan nasional maupun internasional, guna menambah jam terbang atlet.

Dia mengakui tidak sia-sia PB Pertina mengirim atlet dan pelatih menimba ilmu di Kuba yang selama ini dikenal sebagai "gudangnya petinju" berprestasi dunia.

Dunia tinju di Kuba merupakan bagian tak terpisahkan dari keseharian kehidupan masyarakat setempat yang selama ini terkenal patuh dan disiplin sejak kecil, terutama saat memasuki cabang oleh raga keras tersebut.

Tinju di kalangan masyarakat Kuba merupakan olah raga pilihan utama yang menjadi idola semua lapisan masyarakat, sehingga tumbuh dan berkembang maju dengan tampilnya "petinju berlapis" yang tak pernah putus dari generasi ke generasi dengan prestasi internasional.

"Luar biasa perkembangan tinju di Kuba, bahkan di tiap desa dan kelurahan tersedia sasana tinju yang menggembleng petinju muda berbakat sejak usia dini", kata pelatih nasional itu.

Gelar tinju amatir sering dilakukan guna menjaring petinju berprestasi untuk diorbitkan ke tingkat lokal/daerah maupun nasional sebelum terpilih secara selektif ke jenjang internasional.

Porsi latihan harian petinju Kuba cukup berat, disiplin merupakan syarat mutlak, juga dasar-dasar dan teknik bertinju, stamina serta patuh kepada instruksi pelatih saat menjalani latihan maupun bertanding, kendati harus menerima cacian dan pukulan peringatan pertanda kasih sayang, demi prestasi masa depan petinju. (*)

Copyright © ANTARA 2008