Jakarta (ANTARA News) - Probosutedjo, adik tiri mantan Presiden Soeharto, meminta Ketetapan (Tap) MPR Nomor XI tahun 1998 dicabut jika ingin menghormati dan menghargai jasa Soeharto. "Kalau menghormati, cabut Tap MPR," kata Probosutedjo di Jakarta, Sabtu, sehubungan adanya iklan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menayangkan gambar Soeharto. Tap MPR Nomor XI tahun 1998 mengatur tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang mensyaratkan pengusutan mantan Presiden Soeharto dan kroninya. Ia mengatakan, hingga saat ini Soeharto tidak terbukti melakukan korupsi. "Bahkan sempat dikatakan ada bunker di Cendana (rumah Soeharto), tapi tidak ada," katanya. Pada saat Pak Harto (Soeharto) sakit, kata Probo, dengan suara terbata-bata pernah menanyakan mengapa Tap tersebut tidak dicabut kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menjenguknya. Probo juga heran mengapa jasa Pak Harto baru diingat sekarang seperti lewat tayangan iklan. "Kenapa baru sekarang?," katanya. "Terlambat. Dulu menghujat," katanya. Ia mengatakan, jasa Soeharto sangat besar. Pada masa Soeharto, katanya, gedung-gedung dibangun, aset-aset juga naik. Namun sesudah Pak Harto tidak berkuasa banyak aset yang dijual seperti Indosat dan Telkomsel. Ia mengatakan, saat ini rakyat kembali ingat jasa-jasa Soeharto, seperti sembako murah, jualan mudah namun sekarang susah laku, dan dahulu sopir taksi gampang mendapat penumpang. Ditanya apakah pihak yang pernah menghujat perlu meminta maaf, Probo mengatakan, bagi keluarga Cendana, yang terpenting masyarakat menghargai Pak Harto. "Caranya cabut Tap MPR. Kalau minta maaf tidak ke Cendana, langsung saja ke masyarakat," katanya. Probo juga heran mengapa saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997/1998, Pak Harto dihujat. Padahal, katanya, saat ini Amerika Serikat mengalami krisis yang lebih parah namun presidennya tenang-tenang saja.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008