"Dalam pikiran mereka (pemuda), sastra dianggap kuno dan tidak menarik, karenanya saya berkeliling dan mengajak mereka untuk mengenal sastra lebih dekat," kata Happy disela-sela peluncuran buku keduanya yang berjudul Telaga Fatamorgana di Yogyakarta, Sabtu.
Usaha pemain sinetron kelahiran Sukabumi, 4 Januari 1980 itu untuk memperkanalkan sastra dilakukan dengan "bergerilya" ke sekolah-sekolah dan juga kampus-kampus.
"Saya ingin menunjukkan bahwa sastra itu menyenangkan," kata Happy yang juga telah menelurkan kumpulan cerpen pertamanya dalam buku berjudul "Pulang" pada 2006.
Happy berharap, jika banyak orang yang menggemari sastra maka diharapkan akan muncul banyak sastrawan baru yang akan menulis buku sehingga harga buku pun menjadi murah.
Pada buku kedua yang juga merupakan kumpulan 11 cerpen, Happy mencoba mengangkat tema yang seragam di seluruh cerpen, bahwa kehidupan itu indah namun sekaligus misterius sehingga tidak dapat diprediksi.
Salah satu kisahnya menceritakan seorang anak yang sengaja mengemis sisa-sisa hidangan mewah dari sebuah restoran dengan dalih untuk memberi makan kucing di rumahnya padahal makanan sisa tersebut menjadi makanan ayah, ibu serta saudara di rumah yang kelaparan.
Buku kedua tersebut telah dicetak sebanyak 2.000 eksemplar dan baru beredar di Jawa, Bali dan Sumatera setelah peluncuran secara resmi tiga pekan lalu.
Setelah masuk sebagai salah satu nominasi pada Khatulistiwa Literary Award 2007 untuk kategori penulis muda berbakat, Happy segera melanjutkan proyek sastranya dengan mengerjakan buku kedua pada akhir 2007 dan menyelesaikannya dalam waktu delapan bulan.
"Membuat karya sastra adalah proses kreatif, sehingga akan terasa sulit saat sedang blank, tetapi saya menjadikan proses kreatif ini sebagai guru dan saya sedang bersekolah," katanya.
Setelah "bergerilya" di Yogyakarta, Happy akan melanjutkan rangkaian perjalanannya ke Kupang dilanjutkan ke Pekanbaru, Jambi dan Bandung. (*)
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008
