"Sedih juga meninggalkan Masjidilharam, tapi kami juga sudah rindu dengan keluarga di Tanah Air, semoga kami kembali ke sini (Tanah Suci)," kata pimpinan rombongan kloter 3 JKS, Wahyudi, di Jeddah, Sabtu.
Apalagi, kata jemaah asal Karawang, Jawa Barat itu, kenyamanannya beribadah haji terganggu oleh pemondokan yang jauh di kawasan Aziziyah yang konon belum pernah ditempati jemaah haji Indonesia.
"Saya sudah enam kali menunaikan ibadah haji, tapi tahun ini benar-benar mengecewakan karena uang kami habis untuk naik kendaraan ke Masjidilharam, sehingga uang kembalian juga tidak mengatasi masalah," katanya.
Ia juga mengaku katering yang disajikan untuk jemaah kloter 3 JKS di Armina kurang memuaskan, sebab hanya ikan asin dan krupuk yang harganya 5 riyal, padahal biaya konsumsi diinformasikan mencapai 25 riyal.
"Kalau kesehatan sudah memadai, tapi pelayanan lain hampir tidak ada perubahan selama enam kali kami datang ke Tanah Suci. Kenapa jemaah haji Indonesia yang demikian besar tidak memiliki daya tawar," tanyanya.
Senada dengan itu, pimpinan regu kloter 3 JKS Yayan Mulyana mengusulkan pada pemerintah untuk mendirikan Pusat Informasi guna mengatasi masalah yang bertahun-tahun masih saja dialami jemaah haji.
"Kalau ada Pusat Informasi, maka jemaah akan terbantu untuk mengatasi masalahnya sendiri, apalagi jika diakses dengan handphone, sehingga kami dapat menginformasikan kepada jemaah haji lainnya," kata Yayan.
Untuk pemulangan tahap pertama, sebanyak 19 kloter akan pulang paling awal ke Tanah Air, namun selama menunggu di Jeddah, jemaah haji bisa berziarah atau berwisata ke Laut Merah dan sekitarnya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008