"Kami mengetahui dari para eksportir bahwa warga China ternyata sangat menyukai salak dan diperkirakan jumlah ekspor (salak) akan selalu bertambah tiap tahunnya ke China," kata Syukur yang bersama sejumlah pejabat Deptan RI berada di China dalam rangka menandatangani nota kesepahaman perihal kerjasama dalam hal penjaminan keamanan produk dan konsumen kedua negara.
Syukur mengutarakan, salak yang bisa diekspor ke China baru salak pondoh dari perkebunan di Yogyakarta, sementara dari provinsi lain belum bisa.
Selama ini Departemen Pertanian telah membina para petani salak pondoh di Yogyakarta agar memproduksi salak yang sesuai dengan ketentuan karantina dan kesehatan yang berlaku di China.
"Mengingat peluang salak ke pasar China meningkat, kini makin banyak kelompok tani di Yogyakarta yang menjadi binaan Deptan agar produksinya bisa diekspor ke China," ungkapnya.
Ketika pertama kali salak pondoh bisa diekspor ke China, baru ada 80 kebun salak yang produksinya bisa diekspor ke China, tetapi saat ini dalam kurun tiga bulan sudah ada 560 kebun salak yang produknya diekspor ke China.
Deptan berencana mengembangkan bukan hanya salak pondoh, tetapi juga salak dari daerah lain seperti Bali, Magelang, Banjarnegara, dan Aceh guna diekspor ke China.
Walaupun salak buah tropis asli Indonesia, bukan tidak mungkin negara-negara Asia lain berupaya "mencuri" bibit salak Indonesia untuk mereka kembangkan sendiri, lalu diklaim sebagai produk asli mereka, demikian Syukur mengingatkan. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008
Prospek business cukup bagus export ke China, selama ini negara tetangga kita, Malaysia, Thailand dan Philipina tidak punya kebun salak.